Finlandia & Swedia Mau Gabung NATO, 5 Hal Ini Wajib Diketahui
Jakarta, CNBC Indonesia - Finlandia dan Swedia mengumumkan akan bergabung dengan NATO pada Minggu (15/5/2022). Hal ini dilakukan setelah kedua negara skandinavia itu bertahun-tahun menghindari aliansi militer.
Kedua negara ini mengungkapkan minatnya dan mau mengajukan aplikasinya secara bersamaan sebagai pencegahan agresi dari Rusia. Berikut lima hal yang wajib diketahui tentang Finlandia dan Swedia bergabung dengan Nato, melansir Channel News Asia:
1. Mengakhiri Sikap Netral
Selama puluhan tahun, Swedia dan Finlandia selalu mempertahankan kebijakan non-blok militer mereka. Namun invasi Rusia ke ukraina memicu kedua negara ini berbalik arah.
Perubahan ini akan berpengaruh besar di Finlandia, yang berbatasan 1.300 kilometer dengan Rusia.
Dukungan ini juga sudah dapatkan dari publik di mana 75% orang Finlandia mendukung negaranya bergabung dengan NATO.
Selama perang dingin, Finlandia juga tetap netral dengan imbalan jaminan dari Rusia bahwa mereka tidak akan menyerang. Bahkan, setelah jatuhnya Uni Soviet Finlandia tetap non-blok secara militer.
Sementara itu, Swedia mengadopsi kebijakan netral pada akhir perang Napoleon abad ke-19. Setelah berakhirnya perang dingin kebijakan netralitas diubah menjadi salah satu non-blok militer.
2. Dekat sebagai Mitra NATO
Kedua negara ini tetap di luar NATO meski membentuk hubungan yang dekat dengan aliansi. Kedua negara ini bergabung dengan program kemitraan untuk perdamaian pada tahun 1994 dan kemudian Dewan Kemitraan Euro Atlantik pada tahun 1997.
Kedua negara juga digambarkan mitra paling aktif ANTO dan berkontribusi pada misi penjaga perdamaian di Balkan, Afghanistan, dan Irak.
Pasukan Swedia juga kerap mengambil bagian dalam latihan negara-negara NATO dan memiliki hubungan dekat dengan tetangga negeri Nordik yang semuanya adalah anggota NATO.
3. Militer Swedia
Sebelumnya Swedia mengeluarkan kebijakan untuk membuat kekuatan militer yang kuat untuk melindungi netralitasnya. Tapi setelah berakhirnya perang dingin negara itu drastis memangkas pengeluaran pertahanannya, dan fokus pada operasi menjaga perdamaian di seluruh dunia.
Pada tahun 1990 pengeluaran pertahanan menyumbang 2,6% dari produk domestik bruto, menyusut menjadi 1,2% pada 2020.
Setelah itu, wajib militer di hapus pada 2019 tetapi diperkenalkan kembali pada 2017 sebagai bagian dari persenjataan kembali Swedia setelah pencaplokan Crimea oleh Rusia pada 2014.
Setidaknya militer Swedia menurunkan sekitar 50.000 tentara, dan setengahnya adalah tentara cadangan.
Pada Maret 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina, Swedia mengumumkan kembali akan meningkatkan pengeluaran militer. menargetkan 2% dari PDB.
4. Militer Finlandia
Sementara Finlandia juga membuat beberapa pemotongan anggaran pertahanan, namun lebih jauh sebelumnya dari Swedia.
Finlandia memiliki 280.000 tentara ditambah 600.000 cadangan yang membuatnya jauh lebih besar dari Swedia.
Awal April Finlandia mengumumkan akan meningkatkan pengeluaran militernya, menambahkan lebih dari dua miliar euro selama empat tahun kedepan. Sehingga anggaran pertahanan pada tahun ini menjadi euro 5,1 miliar.
5. Memori Perang
Swedia tidak berperang selama 200 tahun lebih. Konflik terakhir adalah perang Swedia dengan Norwegia tahun 1814, dan negara ini mempertahankan sikap netral pada dua perang dunia.
Sementara Finlandia pernah di serang Uni Soviet pada 1939. Namun negara ini melawan dengan sengit selama perang musim dingin itu yang menjadikan musim dingin terdingin dalam sejarah.
Finlandia terpaksa menyerahkan bentangan besar provinsi Karelia Timurnya dalam perjanjian damai dengan Moskow.
Dalam perjanjian persahabatan di 1948 itu menunjukan Soviet setuju untuk tidak menyerang lagi selama Finlandia tetap berada di luar kerja sama pertahanan Barat.
(luc/luc)