Simak! Bocoran Ukraina Soal Kapan Perang Lawan Rusia Berakhir
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina telah menembus lebih dari dua setengah bulan. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda deeskalasi yang dilakukan utamanya oleh pihak Rusia yang meluncurkan serangan.
Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina, Oleksiy Arestovich, mengatakan kapan perang berakhir akan sangat tergantung dari seberapa banyak sumber daya yang dimiliki Kremlin. Pasalnya, beberapa perundingan yang dilakukan masih gagal membawa hasil yang signifikan.
"Saya pikir tidak akan lebih dari Mei, awal Mei (perang berakhir). Kita harus memiliki kesepakatan damai, mungkin saja bisa lebih cepat. Kita lihat saja," ujarnya seperti dikutip Reuters pada Maret lalu.
Saat itu Arestovich mengatakan Ukraina sedang berada di persimpangan jalan antara terjadinya kesepakatan damai dan penarikan mundur pasukan atau adanya pengumpulan kembali pasukan sehingga akan muncul kesepakatan baru nantinya.
Untuk skenario yang lebih "gila", tambahnya, Rusia bisa saja menurunkan pasukan wajib militer yang baru sebulan dilatih.
Terlepas dari kapan kesepakatan damai akan terjadi, Arestovich menilai bentrokan kecil kemungkinan besar bakal terjadi hingga setahun setelahnya kendati Ukraina menginginkan pasukan Rusia mundur sepenuhnya dari wilayahnya.
Sementara menurut laporan analisa Reliefweb yang berafiliasi dengan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Rusia kini masih fokus bertahan di Ukraina timur, menyusul "operasi militer khusus" yang terhenti di utara negara tersebut.
"Kemungkinan konflik yang berkepanjangan akan berlanjut selama berbulan-bulan sebelum pembicaraan damai yang serius dipertimbangkan oleh kedua belah pihak," tulis analisa yang diterbitkan pekan lalu itu.
Rusia juga dikatakan tengah fokus pada tuduhan kejahatan perang terhadapnya. Hal ini meningkatkan kemungkinan serangan senjata kimia "tidak disengaja", sebab ini bisa dilakukan terhadap warga sipil di kota strategis yang lebih kecil di Ukraina.
Kremlin juga tengah berupaya untuk menghubungkan wilayah timur Donbas dengan wilayah selatan Krimea akan memungkinkannya untuk berkonsentrasi pada wilayah yang lebih kecil.
Di sisi lain, muncul bukti kekerasan seksual oleh angkatan bersenjata yang menargetkan perempuan dan anak perempuan yang bersembunyi di tempat penampungan. Namun Rusia menyangkal laporan kejahatan perang semacam itu adalah modus operandi yang telah digunakan Kremlin di Chechnya, Grozny, dan Suriah.
Serangan Rusia ke Ukraina sendiri sudah dimulai pada 24 Februari. Insiden ini membuat kota-kota di Ukraina menjadi puing-puing dan memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.
(cha/cha)