
Blak-blakan Bahlil Soal Investasi Miliaran Dolar Air Products

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan soal pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan CEO Air Products Seifi Ghasemi yang baru saja berlangsung di Hotel Ritz Carlton, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis malam (12/05/2022) waktu setempat.
Bahlil menyebut, pertemuan ini juga membahas rencana investasi Air Products sebesar US$ 15 miliar di Indonesia. Untuk saat ini, menurutnya sudah terealisasi tahap pertama sebesar US$ 7 miliar alias Rp 10,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.667/US$). Bahlil mengatakan, rencana investasi perusahaan penyedia teknologi pemrosesan gas berbasis di Amerika Serikat ini ditujukan untuk mengembangkan proyek hilirisasi batu bara menjadi gas seperti Dimethyl Ether (DME), methanol, hingga hidrogen.
"Pertama adalah proyek DME di Sumatera Selatan, konstruksi sudah berjalan. Kedua, methanol dengan KPC di Kalimantan Timur, membangun methanol dan ethanol di Cepu. Adalah bagian dari upaya Bapak Presiden membangun hilirisasi produknya, subsidi impor (LPG)," kata Bahlil, seperti dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (13/05/2022).
Dia juga menyatakan, ditargetkan 50% dari total impor LPG selama ini bisa digantikan oleh DME ini. Seperti diketahui, bahan baku DME adalah batu bara. Dengan proyek DME ini, maka peningkatan nilai batu bara bisa dilakukan di dalam negeri dan Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada impor LPG.
Mengutip data Pertamina, Bahlil menjelaskan bahwa Indonesia melakukan impor LPG sekitar 7-8 juta ton per tahun. Namun ternyata hal itu sangat menguras devisa. Bahkan, imbuhnya, subsidi untuk per 1 juta ton LPG bisa mencapai kurang lebih Rp 13 triliun.
"Bayangkan kali 6-7 juta (ton LPG), total subsidi untuk gas LPG Rp 80-90 triliun," kata dia.
"Bapak Presiden memerintahkan kepada kami agar Air Products betul-betul fokus membangun hilirisasi DME dan methanol," imbuhnya.
Bahlil juga mengungkapkan bahwa dalam pertemuan Presiden dan CEO Air Products tersebut, CEO Seifi Ghasemi mengatakan perusahaan juga tak menutup kemungkinan untuk bisa mengelola bendungan-bendungan yang dimiliki negara, di mana dalam hal ini telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Bendungan tersebut menurutnya bisa dimanfaatkan untuk membangun hidrogen. Adapun investasi untuk pengelolaan bendungan menjadi sumber hidrogen di Tanah Air ini diperkirakan sebesar US$ 3 miliar, di luar rencana US$ 15 miliar yang telah disebutkan sebelumnya.
"Penambahan investasi sekitar US$ 3 miliar, di luar US$ 15 miliar," ungkap Bahlil.
Bahlil menambahkan, hal ini merupakan sebuah potensi bagi Indonesia untuk bisa mengembangkan hidrogen. Namun sayangnya, sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan maksimal.
"Ini sebuah potensi negara kita yang belum dimaksimalkan. Secara kebetulan, untuk hidrogen, Air Products, salah satu perusahaan terbesar dunia yang punya teknologi cukup luar biasa untuk mengembangkan ini," jelasnya.
(npb/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi: Impor LPG Disetop & Ganti ke DME, RI Hemat Rp70 T!
