Proyek Pengganti LPG Dikebut Kelar Sebelum Jokowi Lengser!

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 January 2022 18:35
Presdien Joko Widodo (Jokowi) Saat Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara Menjadi Dimetil Eter, Kab. Muara Enim, Senin (24/1/222). (Foto: BPMI Setpres)
Foto: Presdien Joko Widodo (Jokowi) Saat Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara Menjadi Dimetil Eter, Kab. Muara Enim, Senin (24/1/222). (Foto: BPMI Setpres)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai menjalankan pembangunan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai upaya mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya prosesi peletakan batu pertama alias groundbreaking proyek DME di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang turut dihadiri dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (24/01/2022).

Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, proyek DME yang merupakan pengganti LPG ini bernilai Rp 33 triliun. Proyek ini dikerjakan bersama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Air Products & Chemicals Inc (APCI), perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat.

Bahlil menyebut investasi untuk pembangunan proyek ini sepenuhnya dilakukan oleh Air Products. Sementara PTBA akan berperan memasok batu bara, dan Pertamina sebagai pembeli produk DME nantinya.

"Realisasi investasi ini Rp 33 triliun. Waktunya seharusnya 36 bulan, tapi kami rapat dengan Air Products kami minta 30 bulan, ini full dari AS, bukan dari Korea, Jepang, bukan China. Ini sekaligus penyampaian, tidak benar ada pemahaman investasi satu negara. Ini kita buat perimbangan. AS ini investasi kedua setelah Freeport yang terbesar untuk tahun ini," paparnya saat meresmikan acara groundbreaking proyek DME ini di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/01/2022).

Bahlil mengatakan, mulanya Air Products mengatakan akan membangun proyek DME ini selama 36 bulan atau 3 tahun. Namun, pihaknya meminta agar proyek DME ini bisa dituntaskan lebih cepat, yakni hanya selama 30 bulan atau 2,5 tahun.

Bila dimulai Januari 2022 ini, maka artinya proyek DME ini sudah bisa beroperasi dan mulai disalurkan ke masyarakat paling cepat sekitar pertengahan 2024. Artinya, pembangunan ditargetkan bisa tuntas atau produk bisa mulai didistribusikan ke masyarakat sebelum periode pemerintahan Presiden Jokowi berakhir pada Oktober 2024 mendatang.

Bahlil menyebut, proyek DME ini diperkirakan akan menciptakan 12-13 ribu lapangan pekerjaan ke depannya.

Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan proyek DME ini sangat penting karena bisa berperan sebagai pengganti LPG, sehingga bisa mengurangi impor LPG yang selama ini mencapai 6-7 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari kebutuhan LPG di dalam negeri.

"Saya sudah berkali-kali sampaikan mengenai hilirisasi, industrialisasi. Pentingnya mengurangi impor. Ini sudah enam tahun yang lalu saya perintah, tapi alhamdulillah hari ini meski dalam jangka panjang belum bisa dimulai, alhamdulillah bisa kita mulai hari ini, groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME," ungkapnya saat memberikan acara sambutan groundbreaking proyek DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/01/2022).

Khusus untuk proyek DME yang dikembangkan oleh perusahaan patungan antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products ini, menurutnya bisa mengurangi subsidi dari APBN sekitar Rp 7 triliun.

Jokowi menyebut, impor LPG Indonesia selama ini sangat besar bisa sekitar Rp 80 triliun dari kebutuhan Rp 100 triliun. Di sisi lain, pemerintah masih memberikan subsidi sekitar Rp 60-70 triliun per tahunnya.

"Pertanyaan saya, apakah ini mau kita lakukan terus-terusan? impor terus? Yang untung negara lain, yang terbuka lapangan kerja juga di negara lain, padahal kita memiliki raw material-nya, yaitu batu bara yang diubah jadi DME," tuturnya.

Jokowi pun meyakinkan bahwa api dari DME ini serupa dengan api yang dihasilkan dari LPG. Jadi, warga dinilai tidak perlu khawatir terkait produk pengganti LPG ini nantinya.

"Hampir mirip dengan LPG saya lihat, bagaimana api dari DME kalau dibandingkan dengan LPG sama saja," ujarnya.

Seperti diketahui, proyek DME di Tanjung Enim ini rencananya beroperasi selama 20 tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun, sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan.

Indonesia sendiri selama ini masih mengimpor LPG sekitar 6-7 juta ton per tahun.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Diresmikan Jokowi, Siap-Siap ya Bun Pakai Pengganti LPG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular