Inflasi RI Diramal Tembus 6%, 'Wajar BI Menaikan Suku Bunga'

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Jumat, 13/05/2022 16:20 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi saat ini, diperkirakan akan berimbas terhadap tingkat inflasi di tanah air hingga 6%. Oleh karena itu, sudah sewajarnya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

Ekonom Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan menjelaskan, sumber penyumbang inflasi terbesar di Indonesia hanya tiga, yakni transmisi rupiah, harga energi, dan harga pangan.


Kendati demikian saat ini, neraca perdagangan yang tercatat surplus US$ 4,53 miliar pada Maret 2022. Surplus tersebut, dinilai Heriyanto sangat cukup untuk menjaga stabilitas rupiah dan menjaga inflasi di tanah air saat ini.

Ke depan, apabila akan ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan LPG maka akan mendorong tingkat inflasi. Namun, harga pangan seperti beras masih relatif stabil.

"Jadi, menurut estimasi, inflasi Indonesia itu kemungkinan bisa naik ke level 5% hingga 6%," ujar Heriyanto.

Jika tingkat inflasi di Indonesia menyentuh 6%, Heriyanto menilai masih akan relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, perlu harus diwaspadai.

"Mungkin juga perlu ada satgas inflasi. Karena ini tantangan yang cukup berat, supaya ada koordinasi yang menyeluruh dan antisipatif dan bisa proaktif," jelas Heriyanto.

Oleh sebab itu, apabila BI akan mengimbangi tingkat inflasi di tanah air dengan menaikan BI-7DRR, menurut Heriyanto hal tersebut sangat wajar untuk dilakukan. Mengingat households debt to GDP atau utang rumah tangga terhadap PDB di Indonesia masih relatif rendah di bawah 20%.

Utang Rumah Tangga Terhadap PDB di Indonesia rata-rata 13,84% dari PDB dari tahun 2001 hingga 2021, mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar 17,80% dari PDB pada Kuartal III-2019 dan rekor terendah sebesar 6,2% dari PDB pada Kuartal I-2002.

"Berarti di dalam suasana kenaikan suku bunga, bukannya negara yang utang besar dan dampaknya perekonomian lebih besar daripada negara-negara yang utangnya kecil. Namun paling utama adalah consumer loan," jelas Heriyanto.

"Inflasi Indonesia itu masih relatif di bawah. Kalau pun perlu kenaikan suku bunga dan menurut saya itu wajar, dampaknya ke ekonomi itu seharusnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Heriyanto melanjutkan.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025