Duh Maaf! RI Belum Bisa Selamatkan India Dari Krisis Listrik

Verda Nano Setiawan, Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
13 May 2022 11:35
Indian laborers load coal into a truck in Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Buruh memuat batu bara ke dalam truk di Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - India tengah mengalami problema yang serius, yakni krisis listrik karena kurangnya pasokan batu bara akibat cuaca ekstrem di negara tersebut. Dilaporkan, kebutuhan batu bara India hanya tersisa di level 3 hari saja.

Oleh sebab itu, India saat ini tengah gencar membuka peluang tambahan impor batu bara, salah satunya yakni batu bara asal Indonesia. Namun sayang, permintaan tersebut sepertinya cukup sulit untuk dipenuhi negeri ini.

Plh Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Djoko Widajatno menyadari kondisi kelistrikan di India saat ini cukup kritis. Negara itu setidaknya hanya mempunyai cadangan harian operasi untuk pembangkit listrik yakni tiga hari lantaran pasokan batu bara yang menipis.

Menurut dia Indonesia masih bisa memenuhi permintaan India sesuai dengan permintaan yang sudah ditandatangani. Namun jika untuk menambah pasokan batu bara ke India rasanya cukup sulit dilakukan.

"Masih tetap bisa memenuhi permintaan India sesuai dengan permintaan yang sudah ditandatangani akan tetapi ditingkatkan gak mungkin karena kebutuhan Indonesia sendiri perlu kita penuhi dengan DMO dan juga masalah keterbatasan produksi akibat cuaca sehingga India mengalami kesukaran," kata Djoko kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Djoko mengaku melalui trader, India sudah mulai meminta untuk tambahan alokasi batu bara. Namun jika melihat kondisi saat ini, tidak cukup memungkinkan bagi penambang untuk memenuhi tambahan tersebut.

Pasalnya, dalam menggenjot produksi, perusahaan tambang juga masih memerlukan persetujuan perubahan permohonan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sementara, pemerintah juga harus menjaga keseimbangan cadangan batu bara dengan kebutuhan yang ada saat ini.

"Jangan diproduksi habis-habisan nanti kita kekurangan," ujarnya.

Adapun dari target produksi batu bara tahun ini yang sudah dipatok sebesar 625 juta ton. Setidaknya 12-15% dialokasikan untuk India, sementara 50% untuk ekspor ke China.

"Ini cukup besar dan India ingin menaikkan kuota dari Indonesia tetapi kita masih alami kendala dengan adanya penyesuain cuaca yang ada izin RKAB yang ini butuh waktu dan rumit," kata Djoko.

Sementara itu, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava juga menyatakan bahwa permintaan dari India meningkat, hanya saja harga batu bara yang tinggi saat ini telah menghalangi India untuk melakukan impor batu bara yang lebih banyak.

"Tetapi sekarang harus dilanjutkan dan permintaan diperkirakan akan meningkat," terang Dileep kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/5/2022).

Sayangnya kata Dileep, karena sedang musim fenomena La Nina dan hujan lebat sejak kuartal IV-2021 di Indonesia, produksi batu bar mengalami penurunan, Sehingga, produsen batu bara asal Indonesia menetapkan untuk memprioritaskan pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri khususnya PT PLN (Persero).

"Semoga hujan dapat mereda mulai akhir 22 Mei, sampai saat itu pasokan sangat terbatas dan sulit untuk memenuhi permintaan baru yang timbul dari perang Ukraina. Namun, kami melihat tekanan naik pada harga batu bara yang kemungkinan akan tetap tinggi tahun ini dan mungkin seterusnya," tandas Dileep.

Menurut kacamata Dileep, permintaan listrik di seluruh India telah meningkat selama kondisi gelombang panas saat ini. Sayangnya, stok batubara di pembangkit listrik, khususnya di daerah pesisir dilaporkan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Adapun juga, kendala transportasi kereta api semakin memperburuk situasi yang memaksa pihak berwenang untuk memotong kereta penumpang dan memindahkan lebih banyak penggaruk batu bara.

Pemerintah India dilaporkan telah memperhatikan situasi ini dan telah mengamanatkan bahwa 10% konsumsi batubara oleh pembangkit listrik pesisir harus diimpor untuk 3 tahun ke depan. Ada juga laporan bahwa sektor industri menderita karena prioritasnya adalah menghasilkan tenaga


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article India Terancam Gelap Gulita, RI Bisa Jadi Penyelamat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular