Arab Saudi Ngaku 'Nyesel' Percaya Amerika Serikat, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi dilaporkan kecewa dengan Amerika Serikat (AS). Bahkan, Negeri Petro dollar itu mengatakan bahwa pihaknya menyesal telah mempercayai Negeri Paman Sam.
Kekecewaan dan penyesalan ini bukan tanpa sebab. Hal ini terjadi lantaran Washington yang menghapus status teroris pemberontak Houthi Yaman.
Mantan Duta Besar Saudi untuk Inggris yang juga ahli intelijen, Pangeran Turki Al Faisal mengatakan Houthi masih merupakan ancaman regional yang berbahaya. Pemberontak yang didukung Iran itu bahkan disebutnya telah membawa ancaman bagi dalam negeri Saudi.
"Saudi menganggap hubungan ini strategis, tetapi mereka kecewa pada saat kami percaya bahwa Amerika Serikat dan Arab Saudi harus bersama dalam menghadapi apa yang kami lihat sebagai ancaman bersama terhadap stabilitas dan keamanan kawasan," ujarnya kepada Arab News dikutip Kamis, (12/5/2022).
Selain Houthi, permasalahan lainnya juga terjadi terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Wall Street Journal pekan lalu juga melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pernah meneriaki salah seorang jajaran kabinet pemerintahan Presiden Joe Biden.
Dalam momen itu, dilaporkan MBS hanya mengenakan celana pendek sambil menegaskan tak ingin membahas lagi tuduhan bahwa jurnalis itu dibunuh oleh para anak buahnya.
"Putra Mahkota MBS meneriaki penasihat keamanan nasional Jake Sullivan selama pertemuan tahun lalu, ketika pejabat AS membahas pembunuhan kolumnis Jamal Khashoggi," tambah media tersebut.
"MBS, yang mengenakan celana pendek, tampak santai di awal pertemuan tetapi mengakhiri dialog dengan meneriaki Sullivan ... menambahkan bahwa dia tidak pernah ingin membahas masalah itu lagi," tulis media itu lagi.
Bukan hanya itu, kemarahan MBS juga menyasar minyak. Ia meminta AS berhenti meminta negaranya memompa lebih banyak minyak.
Meski demikian, Gedung Putih membantah laporan Journal. Dalam laporan Middle East Eye, AS mengaku tak ada teriakkan saat pertemuan berlangsung.
Hal senada juga diutarakan Kedutaan Arab Saudi di AS. Laporan itu disebut Riyadh sebagai bertentangan dengan keadaan kedua negara.
"Hubungan itu bersejarah dan tetap kuat," kata kedutaan.
"Selama 77 tahun terakhir hubungan Arab Saudi-AS, ada banyak ketidaksepakatan ... tetapi itu tidak pernah menghentikan kedua negara untuk menemukan cara bekerja sama untuk mencapai kepentingan terbaik kedua negara," tambah perwakilan kerajaan itu lagi.
(luc/luc)