
Ingin Jadi Raja Baterai, Ini Ramalan Konsumsi Baterai EV RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sama seperti negara-negara lainnya tengah menggenjot pelaksanaan penggunaan kendaraan ramah lingkungan melalui electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik. Untuk mendorong pelaksanaan ini, Indonesia tak hanya giat mengejar investasi di sektor hilir pengembangan kendaraan listrik melainkan di sektor hulu dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Seperti yang diketahui, sebagai anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Indonesia Battery Corporation (IBC) menggandeng perusahaan asal Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk pengembangan pabrik baterai di Indonesia.
Bahkan perusahaan asal China tersebut bakal menggelontorkan investasinya sebesar US$ 5,968 miliar atau Rp 85,3 triliun dalam kurs rupiah.
Direktur Utama ANTM, Nicolas Kanter menyampaikan bahwa dengan adanya kerjasama itu, pihaknya optimis atas potensi industri baterai di Indonesia. Saat ini, yang sedang dikembangkan masih dalam tapak studi bersama termasuk kapasitas waktu dan lokasinya.
"Dengan Kerjasama ini harapan kami semua bisa mewujudkan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain baterai di dunia serta dapat mengakselerasi pertumbuhan ekosistem EV dan tentunya akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja baru, peningkatan TKDN dan tingkat kompetitif EV dalam negeri dan kebutuhan lainnya," ungkap Niko kepada CNBC Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Nah, bagaimana ramalan konsumsi baterai kendaraan listrik di Indonesia?
Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho menyampaikan bahwa, kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik sendiri akan mengalami peningkatan sekitar 31% hingga 35% sampai tahun 2030. Bahkan, di tahun 2030-nya demand akan kembali meningkat mencapai 40-an Giga Watt Hour (GWH) yang terdiri dari 500 ribuan kendaraan listrik.
"Proyeksi di domestik 2030-an ini sudah demand yang cukup besar dan sisanya diekspor," ungkap Toto. Terdapat tiga pasar ekspor baterai terbesar yakni China, Amerika dan Eropa.
Sementara itu, Toto mencatat, untuk saat ini penggunaan kendaraan listrik di Indonesia masih rendah, penjualan mobil listrik masih hanya sekitar 800-an dan motor listrik baru 12.000-an.
"Tantangan untuk mendongkrak angka ini salah satunya menyiapkan baterai untuk bisa menunjang percepatan EV karena 30% biaya dari EV ini baterai. Dan jika kita bisa suplai baterai tentunya dengan harga yang lebih baik maka harga EV akan turun," ungkap dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Pusat Mobil Listrik Dunia, RI Perlu Contoh China?
