Inflasi 'Terbang', Sudah Saatnya BI Naikkan Bunga?

Maesaroh, CNBC Indonesia
10 May 2022 15:41
Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki)

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Putra Sambijantoro mengatakan BI kemungkinan besar masih akan fokus pada upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan meredam inflasi. Terlebih, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi belum kembali ke level sebelum pra pandemi.

Dalam catatan BPS, secara historisnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ada di level 5% sementara investasi ada di level 5-6%. Pada kuartal I tahun ini, konsumsi hanya tumbuh 4,34% (YoY) sementara investasi tumbuh 4,09%.

Seperti diketahui, pembiayaan investasi di Indonesia sangat bergantung kepada pihak perbankan. Kenaikan suku bunga acuan diyakini akan mengerek suku bunga pinjaman perbankan sehingga ongkos berinvestasi bisa terdongrak.

Satria menambahkan lonjakan inflasi April disebabkan oleh adanya demand pull inflation maupun cost push inflation. Permintaan melonjak seiring datangnya bulan Ramadhan sementara harga naik sejalan dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kenaikan harga BBM, serta komoditas pangan dan energi di pasar global.

Inflasi masih berpotensi naik jika pemerintah menaikkan harga BBM jenis Pertalite serta tarif dasar listrik. Bahana memperkirakan inflasi tahun ini akan berada di kisaran 3,5-4,2% jika pemerintah menaikkan Pertalita ataupun tarif dasar listrik. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada lima tahun terakhir. Terakhir kali inflasi Indonesia menyentuh di atas 3,5% adalah pada 2017 (3,61%).

"Suku bunga hanya berdampak terhadap permintaan (inflasi inti) tetapi persoalan yang dihadapi sekarang adalah tekanan inflasi yang ditimbulkan oleh pasokan dan kenaikan harga BBM," ujar Satria dalam laporan bertajuk Will BI Curb Demand to Counter Inflation?

Satria mengatakan masih ada ruang bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga tahun ini, terutama karena pemulihan ekonomi belum berlangsung secara penuh.

"Menurunkan inflasi dengan cara merusak permintaan sepertinya tidak akan menjadi pilihan kebijakan yang dipilih BI," imbuhnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular