
Jangan Terulang! Kasus Covid-19 Melonjak Usai Libur Panjang
Jakarta, CNBC Indonesia - Arus mudik mulai membanjiri stasiun, bandara, hingga jalan tol menjelang Hari Raya Idul Fitri minggu depan. Di satu sisi diperbolehkannya mudik akan membuat Lebaran lebih meriah pada tahun ini sekaligus menggerakkan perekonomian nasional. Namun, di sisi lain, mudik meningkatkan potensi penyebaran kasus Covid-19 karena padatnya mobilitas warga.
Pemerintah sendiri memutuskan untuk mengizinkan mudik pada tahun ini dengan didasari makin menurunnya kasus Covid-19 dan meningkatnya imunitas masyarakat melalui program vaksinasi.
Kasus Covid-19 terus mengalami selama bulan April. Sepekan terakhir (22-28 April), kasus Covid bertambah 3.477, turun 28,4% dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat 4.853.
Pada Kamis (28/4/2022), Indonesia melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 412. Dibandingkan pada puncak gelombang III pada 16 Februari lalu (64.718 kasus), kasus yang dilaporkan pada Kamis kemarin sudah menurun 99,4%.
Jumlah kasus kematian akibat Covid-19 pada sepekan terakhir juga turun 8,6% menjadi 202. Positivity rate juga menunjukkan penurunan cukup signifikan dari 1,26% pada 15 April menjadi 0,51% pada Kamis (28/4).
Sementara itu, jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan vaksinasi meningkat pesat. Hingga Kamis (28/4), penerima vaksinasi lengkap telah mencapai 164,66 juta jiwa atau 79% dari target dan penerima vaksinasi booster sudah mencapai 18% dari target.
Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengingatkan mudik memang meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Namun, pemerintah, perusahaan transportasi, hingga masyarakat bisa menekan penyebaran dengan sejumlah upaya. Dia mengingatkan penting bagi pemudik menjalankan "safe mode" dari perilakunya, pilihan transportasinya, hingga kepatuhan protokol.
"Bagaimanapun perjalanan meningkatkan risiko penyebaran atau terpapar Covid-19. Wajib untuk mempertimbangkan safe mode untuk mengurangi atau meminimalkan risiko terpapar," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.
Salah satu perilaku "safe mode" adalah dengan tidak memaksakan perjalanan jika mengalami gejala demam, batuk, hingga pilek. "Jika memiliki gejala tersebut dan ragu, mending lakukan tes Covid-19," imbuhnya.
Dicky menjelaskan akan lebih aman bagi pemudik untuk menggunakan kendaraan pribadi karena akan lebih kecil risikonya terpapar atau memaparkan virus jika kita tahu status imunitas masing-masing yang bepergian.
"Pilihlah rute yang tercepat dan waktu mudik yang tidak terlalu padat. Jika Anda harus transit, jangan terlalu lama berhenti. Waktu 15 menit cukup untuk transit," ujarnya.
J
Jika menggunakan transportasi umum, Dicky menghimbau untuk tidak memilih moda transportasi yang terlalu padat. Jika memungkinkan, sirkulasi udara di kendaraan tersebut juga bagus sehingga penyebaran virus bisa diperkecil, termasuk di bus atau kapal laut.
Selama perjalanan, pemudik juga diminta untuk terus mengenakan masker, tidak sembarangan menyentuh permukaan barang, serta rajin membersihkan tangan. Jika perjalanan cukup jauh, pemudik diminta berganti baju untuk memastikan kebersihan. Membawa hand sanitizer bisa menjadi alternatif memudahkan bagi mereka untuk mengganti ketentuan cuci tangan.
"Pemerintah juga harus memastikan tempat-tempat transit memiliki sirkulasi udara yang bagus dan dilengkapi dengan tempat cuci tangan," ujarnya.
![]() |
Saat tiba di tempat tujuan, Dicky berharap pemudik tetap menggunakan masker di dalam rumah paling tidak selama 1x24 jam. Masker bisa dilepas jika sudah bisa dipastikan tidak ada keluarga bergejala. Kebersihan handphone juga harus diperhatikan, terlebih bagi mereka yang membawa anak kecil dan menggunakan handphone untuk mencari hiburan.
"Siapkan juga pembayaran non-cash. Lebih baik menggunakan pembayaran non-cash untuk menghindari risiko karena terlalu banyak bersentuhan," imbuhnya.
Dicky mengingatkan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia kerap terjadi setelah libur panjang karena itulah penting bagi semua pihak untuk menjaga protokol kesehatan selama mudik. Libur dan cuti bersama Hari Raya pada tahun ini berlangsung dari 28 April hingga 6 Mei 2022.
Sebagai catatan, dua puncak gelombang Covid-19 pada tahun 2021 dipicu oleh lonjakan kasus setelah libur panjang. Gelombang I terjadi setelah libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Pada akhir Desember 2020, tambahan kasus Covid Indonesia ada di kisaran 5.000-6.000 per hari. Namun, kasus Covid-19 melonjak di atas 10.000 kasus pada pertengahan Januari 2021.
Puncak gelombang I terjadi pada 30 Januari 2021. Pada hari tersebut, jumlah kasus mencapai 14.518. Tambahan kasus dalam jumlah besar pada gelombang I baru mereda pada akhir Februari 2021.
Pengalaman serupa terulang pada libur panjang Lebaran 2021 di mana Hari Raya Idul Fitri 2021 jatuh pada 12 Mei 2021. Pada akhir Mei, tambahan kasus harian masih tercatat 5.000-6.000. Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54 ribu kasus lebih pada Juli 2021. Puncak gelombang II terjadi pada 15 Juli 2021 di mana kasus menembus 56.757.
Periode gelombang II berlangsung lebih lama dibandingkan periode gelombang I. Gelombang II Covid-19 baru mereda di akhir Agustus 2021. Gelombang II juga memakan korban jiwa paling besar. Pada period 16 Juli-22 Agustus 2021, kasus kematian akibat Covid-19 tercatat lebih dari 1.000 sehari.
Pada tahun 2021, program vaksinasi memang sudah dimulai tapi penerima vaksinasi masih sangat sedikit karena pemerintah baru membuka program vaksinasi bagi masyarakat umum pada Juli 2021.
![]() |
Peningkatan kasus membuat pemerintah memperketat mobilitas masyarakat setelah periode libur panjang. Pada Juli 2021, misalnya, pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Pengetatan mobilitas ini tentu saja merugikan mengingat aktivitas masyarakat dari aktivitas ekonomi hingga pendidikan pun tidak bisa berlangsung normal.