Internasional

Bukan Putin! Biden Pening Gara-gara Orang Ini, Kok Bisa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 26/04/2022 07:50 WIB
Foto: AP/Andrew Harnik

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyuarakan kecemasannya pasca pembelian media sosial Twitter oleh pengusaha Elon Musk. Pihaknya khawatir pembelian ini dapat membuat pendahulu yang juga lawan politik Biden, Donald Trump, kembali ke platform itu dengan narasi yang "menghasut".

Dalam pembeliannya, Musk mengatakan bahwa pembeliannya ini didasari oleh kebebasan berbicara dan juga demokrasi. Meski begitu, tulis CNBC International, Biden justru merasa cemas karena ini bisa jadi membuka kesempatan bagi kubu Trump untuk menghasut dan membagikan informasi menyesatkan.


Perlu diketahui, Trump saat ini dalam ban media sosial itu atas alasan misinformasi dan penghasutan. Penghasutan yang dilakukan itu termasuk yang berujung pada penyerbuan kantor Parlemen AS, Capitol Hill, pada 6 Januari 2021 lalu.

"Beberapa di tim Biden semakin khawatir bahwa CEO Tesla akan mengizinkan Trump dan operator Republik lainnya yang dilarang dari Twitter untuk kembali ke platform," ujar beberapa sumber dikutip Selasa (26/4/2022).

Selain Biden, kecemasan serupa juga dipikirkan oleh Mantan Presiden Barack Obama. Obama sendiri merupakan Presiden saat Biden menduduki posisi sebagai wakilnya.

Perwakilan pers untuk Twitter, Gedung Putih dan Obama tidak segera menanggapi permintaan komentar. Musk juga tidak menanggapi email dari CNBC International tentang masalah ini.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menolak berkomentar ketika ditanya tentang kesepakatan Musk. Namun ia menyebut Biden menyoroti kekuatan media sosial itu.

"Biden telah lama berbicara tentang kekhawatirannya tentang kekuatan platform media sosial, termasuk Twitter, dan lainnya untuk menyebarkan disinformasi yang salah," paparnya.

Ahli strategi politik yang juga veteran Partai Demokrat, Mary Anne Marsh, mengatakan bahwa bila pencabutan ban ini terjadi dan Trump kembali ke Twitter dan melakukan kerusakan untuk mendapatkan kekuasaan pada 2022 dan 2024. Ia menambahkan langkah Musk ini sangatlah tidak baik bagi Partai Demokrat.

"Musk seorang insinyur dan pengusaha yang hebat, tetapi saya tidak akan mempercayainya kepada putri saya apalagi jutaan orang yang mengandalkan Twitter untuk mendapatkan informasi," katanya.

Sebelumnya Musk secara resmi membeli saham media sosial Twitter senilai US$ 44 miliar atau setara Rp 634 triliun. Kesepakatan ini terjadi setelah direksi perusahaan itu sepakat dengan nilai yang diajukan.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Panas-Dingin Hubungan Donald Trump-Elon Musk