Internasional

Ancaman Ngeri Selain Covid-19 Makan Korban Lagi: India

sef, CNBC Indonesia
26 April 2022 06:40
People hold tricolour flags as they participate in a rally on the eve of India's Independence Day, in Ahmedabad, India, August 14, 2018. REUTERS/Amit Dave
Foto: REUTERS/Amit Dave

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman bumi selain Covid-19, yakni perubahan iklim, makin nyata di India. Negeri itu kini mengalami kondisi panas ekstrim, terpanas dalam 122 tahun terakhir.

Ini pun berdampak pada produktivitas tanaman India. Setidaknya itu terjadi di lumbung gandum, wilayah Uttar Pradesh, Punjab dan Haryana.

Panas yang berlebihan di Maret 2022, menurunkan panen setidaknya 15-20% desa Khrongi. Wilayah ini berada 37 km dari pusat distrik Mainpuri di Uttar Pradesh.

"Panen gagal mencapai target karena cuaca panas dan kering," kata seorang petani Satyendra Yadav di wilaya itu, dikutip dari media India, MoneyControl, Selasa (26/4/2022).

Di Punjab petani pun mengaku mendapatkan hasil panen lebih rendah sebanyak 15%. Begitu pula di Haryana meski tak dijelaskan berapa persen penurunan.

Menurut konsultan di Dewan India untuk Penelitian Hubungan Ekonomi Internasional, Shweta Saini, suhu terlalu tinggi memang bertanggung jawab pada penurunan hasil panen petani. Gandum, seperti kebanyakan tanaman lainnya, sangat rentan terhadap perubahan suhu.

Selama tahap pengisian biji-bijian, yang rata-rata berlangsung Maret di India, tanaman mengalami stres jika suhu rata-rata naik di atas 31 derajat Celcius. Ini pun sudah ditujukan oleh studi ilmiah setempat.

"Hasilnya bisa turun 9-10% di beberapa daerah penanaman gandum," katanya dikutip laman yang sama.

"Tidak diragukan lagi suhu yang terlalu tinggi sebelum panen bertanggung jawab atas (fenomena) ini."

Menurut peneliti setempat, ini bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya cuaca panas yang mengacaukan panen rempat terjadi di 2010.

"Tidak ada keraguan bahwa peristiwa panas ekstrem meningkat di India," kata Wakil Presiden Meteorologi dan Perubahan Iklim di Skymet Weather Services, Mahesh Palawat.

Padi Juga

Sementara itu, penurunan hasil panen juga terjadi pada beras. Ini disebut akibat perubahan pola curah hujan di bulan-bulan monsun.

"Curah hujan yang sangat tinggi yang diselingi dengan musim kemarau yang panjang juga mempengaruhi budidaya padi," kata Saini.

Ia mengatakan jika tren ini terus berlanjut, negara itu harus merumuskan kebijakan yang memastikan bahwa ketahanan nutrisinya tidak terganggu. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan mempromosikan tanaman lain yang memiliki nilai gizi lebih tinggi.

"Kita harus menanam padi dan gandum dalam jumlah besar setidaknya untuk satu dekade lagi. Tidak ada jalan keluar dari itu, "katanya.

"Karena keadaan darurat iklim akan secara bertahap berdampak pada produktivitas biji-bijian, sudah saatnya strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan ... dikembangkan."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ancaman Selain Covid Makin Ngeri, India Jadi Korban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular