Ekspor Minyak Goreng Dilarang, Malaysia Dapat 'Durian Runtuh'

redaksi, CNBC Indonesia
25 April 2022 07:05
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kunjungan kerja Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri bin Yaakob di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Ini merupakan kunjungan kedua PM Ismail Sabri ke Indonesia setelah kunjungan resmi ke Istana Kepresidenan Bogor pada 10 November 2021 lalu. (Foto: Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kunjungan kerja Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri bin Yaakob di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Ini merupakan kunjungan kedua PM Ismail Sabri ke Indonesia setelah kunjungan resmi ke Istana Kepresidenan Bogor pada 10 November 2021 lalu. (Foto: Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Larangan ekspor CPO dan produk turunannya yang diperintahkan Presiden Joko Widodo dinilai justru akan menguntungkan Malaysia. Pasalnya, Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar kedua dunia setelah Indonesia.

"Apakah masalah selesai? Kan tidak, justru diprotes oleh calon pembeli di luar negeri. Cara-cara seperti itu harus dihentikan," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Bhima mengkritik kebijakan itu dan malah mengulang kesalahan setop ekspor mendadak komoditas batu bara pada Januari 2022 lalu.

Jokowi, lanjutnya, cukup mengembalikan kebijakan DMO CPO 20% dari total produksi.

Dimana, masalah selama ini ada pada sisi produsen dan distributor adalah pengawasan yang lemah."Kemarin saat ada DMO kan isunya soal kepatuhan produsen yang berakibat pada skandal gratifikasi. Pasokan 20% dari total ekspor CPO untuk kebutuhan minyak goreng lebih dari cukup," terangnya.

"Apakah harga akan turun? Belum tentu harga akan otomatis turun kalau tidak dibarengi dengan kebijakan HET di minyak goreng kemasan," beber dia.

Ia menilai malah negara lain yang merupakan produsen minyak sawit lain akan diuntungkan dari kebijakan tersebut, misalnya Malaysia. Ia proyeksi harga CPO naik hingga 90 persen, melanjutkan kenaikan sejak tahun lalu.

Sementara Indonesia dikhawatirkan justru akan merugi karena kehilangan devisa ekspor. Ia memprediksi Indonesia bisa kehilangan US$3 miliar devisa negara atau Rp43 triliun lebih (kurs Rp 14.436 per dolar AS).

"Selama satu bulan Maret 2022 ekspor CPO nilainya US$3 miliar. Jadi estimasinya Mei apabila asumsinya pelarangan ekspor berlaku 1 bulan penuh kehilangan devisa sebesar US$ 3 miliar. Setara 12% total ekspor non migas," kata Bhima.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emak-emak Merapat! Ini yang Bikin Harga Minyak Goreng Terbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular