Dihantui Inflasi, BI: Menaikkan Suku Bunga Jadi Opsi Terakhir

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 April 2022 19:46
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengaku tak mau terburu-buru untuk menaikkan suku bunga acuan dalam merespons inflasi yang terus merangkak naik.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan pihaknya bersama pemerintah akan terus berkoordinasi mengoptimalkan bauran kebijakan dalam meredam kenaikan harga yang terjadi di Indonesia.

BI selaku otoritas moneter menyatakan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Bank sentral juga mengeklaim sejauh ini dapat menjaga stabilitas rupiah dengan depresiasi yang relatif terkendali, dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Bahkan kita melihat rupiah sedikit menguat dalam satu minggu terakhir, meskipun ada beberapa tekanan dari global. Jadi ini adalah prioritas pertama kami menjaga stabilitas. Tapi, tentu disesuaikan dengan sesuai mekanisme pasar," jelas Destry diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, Jumat (22/4/2022).

BI juga perlahan akan mulai melakukan normalisasi likuiditas. Pasalnya, sejak 2019-2021, BI bersama pemerintah memiliki kebijakan yang sangat longgar untuk melindungi masyarakat dari pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, saat ini inflasi di tanah masih bisa diredam dengan kebijakan yang ada saat ini, dan menaikan suku bunga acuan adalah jalan terakhir yang akan ditempuh BI.

"Yang terjadi sekarang, kita sudah mulai melakukan normalisasi likuiditas. Kemudian suku bunga, saya kira tingkat (menaikan) suku bunga adalah kebijakan terakhir yang akan kita ambil," jelas Destry.

Kendati demikian, jika inflasi tak bisa diredam dengan fiskal di bawah kendali Menteri Keuangan Sri Mulyani, baru BI akan mengambil tindakan.

"BI akan turun tangan dan kemudian menggunakan suku bunga tersebut sebagai kebijakan final," kata Destry melanjutkan.

Sebagai gambaran, BI telah mempertahankan suku bunga di level 3,5% selama lebih dari setahun terakhir. Bank sentral juga dalam setiap kesempatan menegaskan bahwa penyesuaian suku bunga acuan akan dilakukan jika inflasi tinggi terjadi secara fundamental.

BI akan melihat inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga volatilitas dan harga diatur pemerintah, sebagai pertimbangan dalam menaikkan suku bunga acuan.

"Kita akan membuat kebijakan ini yang disebut sebagai Bank Indonesia policy mix, kita memiliki kebijakan moneter dan kebijakan moneter yang fokus ke arah stabilitas," terang Destry.

"Jadi kebijakan moneter berfokus pada stabilitas ekonomi. Sedangkan kebijakan makroprudensial difokuskan untuk mendukung pemulihan ekonomi."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Angkat Bicara Soal 'Momok' yang Ditakutkan Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular