Internasional

Mayoritas Warga AS Sebut Biden Lembek ke Rusia, Haus Perang?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
22 April 2022 13:25
Presiden AS Joe Biden, Jumat (25/3) bertemu dengan pasukan Amerika selama kunjungannya ke Polandia untuk mendukung tanggapan sekutu terhadap krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia. (REUTERS/EVELYN HOCKSTEIN)
Foto: Presiden AS Joe Biden, Jumat (25/3) bertemu dengan pasukan Amerika selama kunjungannya ke Polandia untuk mendukung tanggapan sekutu terhadap krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia. (REUTERS/EVELYN HOCKSTEIN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) merasa bahwa kebijakan Presiden Joe Biden terkait Rusia pasca serangan ke Ukraina tidak cukup keras untuk menekan Moskow. Hal ini disimpulkan dari sebuah jajak pendapat terbaru Associated Press, yang dirilis Kamis, (21/4/2022).

Dalam jajak pendapat yang diadakan pertengahan April itu, Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menemukan 54% orang Amerika berpikir Biden 'tidak cukup tangguh' dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. Sebanyak 36% menganggap pendekatannya sudah benar, sementara 8% lainnya mengatakan dia terlalu terlalu keras.

Namun, seiring dengan perang yang berlarut-larut, keinginan orang Amerika untuk terlibat agak berkurang. Sebanyak 32% orang Amerika mengatakan AS harus memiliki peran utama dalam konflik ini, di mana ini merupakan penurunan 8% bila dibandingkan dengan bulan lalu.

Associated Press mengatakan angka yang didapatkan ini dipengaruhi beberapa hal. Ketika gambar serangan Rusia terhadap warga sipil dan rumah sakit dibagikan di seluruh dunia, ada tekanan untuk menghentikan Presiden Rusia Vladimir Putin dan membantu jutaan warga Ukraina yang diserang di negara asal mereka atau melarikan diri demi keselamatan.

Namun, Biden juga harus mengelola ancaman eskalasi dengan Putin yang telah meningkatkan tingkat kewaspadaan dalam penggunaan senjata nuklir Rusia. Ini juga untuk mencegah AS terlibat dalam konflik yang jauh lebih besar.

"Mengingat potensi keputusasaan Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia, mengingat kemunduran yang mereka hadapi sejauh ini secara militer, tidak ada dari kita yang dapat menganggap enteng ancaman yang ditimbulkan oleh potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir hasil rendah," sebut Direktur CIA William Burns dalam pidato baru-baru ini di Institut Teknologi Georgia.

Sementara itu, sebagian besar orang Amerika mendukung AS yang memberikan sanksi kepada Rusia atas invasi tersebut, memberikan senjata ke Ukraina, dan menerima pengungsi dari Ukraina ke AS.

Tetapi, dukungan publik berhenti jika adanya pengerahan pasukan AS ke Ukraina untuk berperang melawan pasukan Rusia. Hanya 22% yang mengatakan mereka mendukung pengerahan pasukan AS ke Ukraina untuk berperang melawan pasukan Rusia, sementara 55% menentang dan 23% mengatakan mereka tidak mendukung atau menentang.

Seorang warga bernama Michael Gonzalez, 31 tahun dari Fort Collins, Colorado, mengatakan tanggapan Biden 'hampir benar', mengutip sanksi luas terhadap bank, oligarki, dan pejabat pemerintah Rusia serta keluarga mereka.

"Di dunia yang sempurna, saya berharap kita bisa pergi ke sana bersama pasukan," kata Gonzalez, yang ayahnya bertugas di militer Kuba dan ayah tirinya bekerja sebagai kontraktor swasta selama perang AS di Afghanistan.

"Saya merasa kita seharusnya tidak mengawasi dunia dan pergi ke mana-mana. Saya berharap kami dapat membantu mereka, tetapi kami telah berjuang untuk sementara waktu."

Sejauh ini, Gedung Putih telah mengesahkan lebih dari US$ 2 miliar atau hampir Rp 30 triliun bantuan senjata ke Ukraina. Washington juga memimpin sanksi Barat yang diarahkan untuk menghancurkan ekonomi Rusia. Meski begitu, Biden belum berencana untuk mengirimkan pasukannya ke negara pimpinan Volodymyr Zelensky itu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Intip Biden & Putin 'Empat Mata', Tegang Bahas Rusuh AS-Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular