
Dikepung Rusia, Pasukan Ukraina di Kota Mariupol Kritis

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan Ukraina yang berjuang mempertahankan Kota Mariupol dari serangan Rusia mulai menunjukan tanda-tanda putus asa. Hal ini ditunjukan melalui sebuah video yang diunggah komandan Brigade Marinir Terpisah ke-36 Ukraina, Mayor Serhiy Volyna, di Facebook.
Dalam video itu, Volyna memohon agar dunia terus dapat memberikan bantuan bagi pihaknya yang masih berjuang. Ia menyebut Mariupol telah terkepung oleh pasukan Moskow yang juga memberikan ultimatum agar pihaknya menyerah paling lambat Rabu (20/4/2022), pukul 14.00 waktu setempat.
"Ini adalah seruan kami kepada dunia. Ini bisa menjadi daya tarik terakhir dalam hidup kita. Kami mungkin menghadapi hari-hari terakhir kami, atau bahkan jam," ujarnya sebagaimana dikutip CNN International.
Volyna menyebutkan pasukan Rusia telah mengepung kota itu dari segala penjuru. Kota yang berada di bibir Laut Azov itu juga telah diputus dari sebagian besar listrik, air, makanan, dan pemanas sejak Maret lalu.
"Musuh melebihi jumlah kita 10 banding satu. Mereka memiliki keunggulan di udara, dalam artileri, dalam pasukan mereka di darat, dalam peralatan dan di tank," tambahnya.
Sementara itu, Volyna memaparkan juga bahwa saat ini pasukannya masih terus mempertahankan satu objek yakni pabrik baja Azovstal. Tempat itu saat ini dipenuhi personel militer dan warga sipil serta korban yang terluka.
"Kami yang terluka meninggal dalam siksaan yang tak tertahankan setiap hari karena obat-obatan, desinfektan, peluang penghilang rasa sakit sudah lama berakhir," pungkasnya sambil memohon bantuan senjata berat dikirimkan ke kota itu.
Mariupol sendiri merupakan kota yang dekat dengan pusat konflik Rusia Ukraina yakni Donetsk, Luhansk, dan juga Krimea. Saat ini Moskow memang memfokuskan pasukannya ke wilayah itu.
Pada pekan lalu, Rusia melaporkan bahwa 1.026 pasukan Ukraina yang berada di sekitar wilayah Mariupol telah menyerah. Para pasukan itu langsung memberikan senjata yang dipegangnya kepada pihak Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutkan bahwa bantuan persenjataan yang diberikan negara-negara Barat kepadanya tidaklah cukup untuk menahan serangan Rusia.
Rusia memulai serangan yang disebutnya 'operasi militer' di Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang dibeking Kyiv serta memaksa Ukraina untuk tidak bergabung ke NATO.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Mau Gagalkan Serangan Rusia Ke Ukraina