Jelang Lebaran, Impor Bawang Putih Melonjak 2.405%

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
20 April 2022 18:10
Gegara Virus Corona, Bawang Putih Meroket Naik. (CNBC Indonesia/Tri Susilo) Foto: Gegara Virus Corona, Bawang Putih Meroket Naik. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, memperkirakan produksi bawang putih di Indonesia akan terus meningkat hingga 2024 mendatang. Namun, kenyataannya hingga kini Indonesia masih harus melakukan impor bawang putih.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sepanjang Maret 2022 impor bawang putih di Indonesia meningkat signifikan. Volume impor bawang putih pada bulan lalu mencapai 15.935 ton dengan nilai US$ 20,6 juta.

Realisasi volume impor bawang putih pada Maret 2022 tersebut melonjak 2.405,5% jika dibandingkan dengan Februari 2022 yang volume impornya hanya mencapai 636 ton dengan nilai US$ 1,3 juta.

Volume impor bawang putih pada Maret 2022 juga terbilang cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau naik 173,5% jika dibandingkan dengan realisasi pada Maret 2021 yang volume impornya hanya 5.825,5 ton dengan nilai US$ 7,1 juta.

Adapun impor bawang puting yang dilakukan Indonesia pada Maret 2022, berdasarkan data BPS berasal dari China, Amerika Serikat, Jerman, India, Thailand, dan negara lainnya.

Melalui Buku Outlook Komoditas Bawang Putih 2020 yang dipublikasikan awal tahun 2021, Kementan memproyeksikan produktivitas bawang putih diprediksi akan terus meningkat hingga 2024 dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 2% per tahun.

Pada 2021, konsumsi bawang putih nasional diproyeksikan sebesar 515,74 ribu ton, tetapi jumlah konsumsi diperkirakan sempat menurun menjadi 508,35 ribu ton pada 2022, dan akan kembali naik menjadi 517,93 ribu ton 2023 dan 526,77 ribu ton di tahun 2024.

Kendati demikian, angka konsumsi bawang putih tercatat lebih tinggi dari produksinya, sehingga diperkirakan akan terjadi defisit.

Pada 2022 defisit bawang putih diperkirakan mencapai 398,15 ribu ton. Kemudian pada 2023 dan 2024 defisit kembali meningkat menjadi 405,20 ribu ton dan 411,44 ribu ton.

Kementan mencatat, produksi bawang putih yang rendah dapat dipenuhi melalui impor dari beberapa negara seperti Tiongkok, India, Taiwan dan Amerika Serikat.

Sayangnya impor bawang putih yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tidak menjamin harga menjadi lebih murah, bahkan disinyalir bahwa komoditas ini akan menjadi salah satu penyebab inflasi.

Masih dikutip dari dokumen Outlook Bawang Putih 2020 yang diterbitkan Kementan, Indonesia bahkan juga telah berpredikat sebagai negara importir bawang putih terbesar di dunia berdasarkan data FAO pada tahun 2014-2018.

Jika dirinci per tahun, pada 2014 Indonesia mengimpor 491.103 ton bawang putih. Selanjutnya, sebanyak 479.941 ton bawang putih impor masuk ke Indonesia pada tahun 2015.

Adapun di tahun 2016, Indonesia mengimpor 444.301 ton bawang putih. Angka tersebut meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada 2017, Indonesia impor 549.767 ton bawang putih dan pada 2018 meningkat sebanyak 582.995 ton.

Juga, masih lekat dalam ingatan tatkala Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lawatan kerja di Temanggung, Selasa (14/12/2021), mendengar langsung keluhan dari petani tentang bawang putih impor yang masuk ketika panen berlangsung.

Saat mendengar keluhan itu, kepala negara yang tengah berdialog dengan petani di sela-sela kunjungan kerjanya, langsung mengontak Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang meminta agar persoalan itu tak terulang lagi.

Pemerintah harus serius memperketat impor dan mengembangkan komoditas pangan, terutama bawang di dalam negeri. Target swasembada pangan yang selalu menggema tidak akan benar-benar tercapai jika petani tidak diberi kesempatan memperoleh keuntungan dari usahanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sering Dipakai Masak, Pangan Ini Ternyata Impor Loh!


(cap/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading