Internasional

4 Negara Disebut Masuk 'Jebakan Batman' Utang China, Ada RI?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 April 2022 09:05
Kenya
Foto: Seorang pria bersepeda melewati tanker bensin yang diparkir di sepanjang jalan selama awal pemogokan tak terbatas di kawasan industri. REUTERS/Njeri Mwangi

Uganda

Negara lain yang juga disebut tengah bergulat dengan utang China adalah Uganda. Negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China.

Ini untuk memastikan sejumlah aset tyda hilang karena default (gaggat bayar). Antara lain bandara internasional Entebbe.

Menurut laporan Gulf News yang melansir Bloomberg awal pekan ini, perjanjian itu dibuat tahun 2015. Negara itu meminjam US$ 200 juta dari Bank Export-Import (EXIM) China untuk memperluas bandara Entebbe.

Klausul yang ingin diubah antara lain, perlunya Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman China untuk anggaran dan rencana strategisnya. Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.

Hal sama juga dimuat Economic Times. Mengutip sejumlah media lokal, Presiden Uganda Yoweri Museveri dilaporkan telah mengirimkan delegasi ke Beijing guna bernegosiasi dengan pemerintah China.

Uganda sudah mencoba bernegosiasi sejak Maret 2021. Namun sejauh ini belum berhasil. Pinjaman itu sendiri memiliki tenor 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.

"Tetapi sekarang tampaknya transaksi yang ditandatangani dengan EXIM China berarti Uganda 'menyerahkan' satu-satunya bandara internasionalnya," tulis media India tersebut mengutip SaharaReporters.com, portal berita yang berfokus pada Afrika.

"Pengungkapan bahwa pemerintah Uganda menandatangani perjanjian, antara lain, melepaskan kekebalan untuk aset kedaulatannya telah menimbulkan pertanyaan tentang tingkat pengawasan dan uji tuntas yang dilakukan birokrat sebelum melakukan perjanjian secara internasional," tulis laporan lain, Allafrica.com.

Bandara Internasional Entebbe adalah satu-satunya bandara internasional Uganda. Bandara itu menangani lebih dari 1,9 juta penumpang per tahun.

Sementara itu juru bicara regulator penerbangan Uganda dan Direktur Jenderal China untuk Urusan Afrika, dalam tweet terpisah, membantah hal ini. Pinjaman diberikan terkait proyek pendanaan yang digagas Xi Jinping, Belt and Road Initiative.

Kenya

Kenya juga diyakini akan gagal membayar utang ke China. Hal itu terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/ SGR) di negara Afrika tersebut, antara Mombasa dan Nairobi.

Kenya awalnya meminjam US$ 3,6 miliar dari Bank EXIM China, guna membangun rute dari Mombasa ke Nairobi. Pemerintah lalu meminjam lagi US$ 1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.

Peringatan ini sendiri dikeluarkan auditor jenderal negara cejas beberapa tahun lalu. Warning juga muncul di tengah krisis Sri Lanka yang membuat negeri itu tak bisa membayar utang ke China.

Jika Kenya tak bisa membayar utang, maka pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil ali Beijing. Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut di mana Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.

Maladewa

Maladewa juga diyakini terjerat utang China. Ini karena utang yang bengkak.

Awalnya, Maladewa meminjam dana sebesar US$ 200 juta atau setara Rp 2 triliun untuk menghubungkan pulau ibukota Male ke pulau Hulumale. Di mana bandara dan lahan luas masih banyak tersedia.

Hal ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar mengenai keterbatasan lahan properti dan akses menuju kawasan ekonomi baru. Jembatan itu rampung di 2018 dan diberi nama "China-Maldives Friendship Bridge".

Selain Jembatan, Maladewa juga terus meminjam uang untuk pengembangan infrastruktur lainnya. Pada tahun ini, beberapa mantan pejabat Maladewa dan perwakilan China menunjukkan angka utang terbaru.

Mereka menyebutkan Male berutang ke China antara US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,4 miliar. Angka ini masih merupakan jumlah yang sangat besar untuk negara pulau dengan PDB sekitar US$ 4,9 miliar.

Negara yang bergantung dari sektor pariwisata ini sangatlah terpukul oleh pandemi Covid-19. Dan jika pendapatan pemerintah Maladewa turun, mungkin sulit untuk membayar kembali pinjaman pada tahun 2022-2023.

Halaman 4>>

(sef/sef)
Next Page
RI Bagaimana?
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular