Semua Harga Naik! 'Tsunami' Inflasi Jadi 'Tsunami' Derita

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2022 16:07
Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Bagi rakyat miskin, inflasi adalah musuh utama. Apalagi kalau yang mengalami inflasi adalah bahan pangan.

Pada September 2021, garis kemiskinan ada di Rp 486.168/kapita/bulan. Dari jumlah tersebut, Rp 360.007 (74,05%) adalah untuk membeli makanan.

Beberapa komoditas pangan yang banyak dikonsumsi oleh rakyat miskin di antaranya adalah beras, telur ayam ras, daging ayam ras, dan gula pasir. Produk olahan seperti tempe, tahu, roti, dan mie instan juga banyak dikonsumsi.

Secara langsung, konsumsi bensin masyarakat miskin memang minim, hanya sekitar 3% terhadap garis kemiskinan. Namun kalau harga bensin naik, maka biaya logistik dan distribusi akan ikut naik sehingga harga produk makanan mengikuti. Inilah yang disebut dampak putaran kedua (secound round effect) dari kenaikan harga bensin.

miskinSumber: BPS

Apabila harga-harga terus mahal, maka penderitaan rakyat miskin akan memuncak. 'Tsunami' air mata penderitaan akan berubah menjadi kemarahan. Saat kemarahan itu sudah tidak terbendung, maka hasilnya adalah keresahan sosial (social unrest).

Maurice Obstfeld dari Peterson Institute for International Economics, yang juga mantan Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF), menyebut bibit keresahan sosial bukan sesuatu yang dibesar-besarkan. Saat harga makanan semakin mahal, pertumbuhan ekonomi melambat, penciptaan lapangan kerja menyempit, itu adalah 'badai yang sempurna'.

"Ada banyak penyebab yang bisa menciptakan keresahan sosial dalam skala besar," tegas Obstfeld, seperti dikutip dari New York Times.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular