Internasional

Perang Gak Ngaruh, Perdagangan China-Rusia Mesra

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
13 April 2022 15:00
Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)
Foto: Anggota delegasi, yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, menghadiri pertemuan di Beijing, China (4/2/2022) (via REUTERS/SPUTNIK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang antara China dan Rusia naik signifikan pada kuartal pertama 2022 (Q1 2022). Hal ini terjadi tatkala Rusia mendapatkan ribuan sanksi dari beberapa negara Barat atas serangan militernya ke Ukraina.

Dalam rilis Bea Cukai China, Rabu (13/4/2022), perdagangan keseluruhan China dengan Rusia naik menjadi 243,03 miliar yuan atau sekitar Rp 514 triliun.

"Ini merupakan kenaikan sebesar 27,8% bila dibandingkan dengan tahun lalu," ujar Juru bicara Bea Cukai, Li Kuiwen, mengatakan pada konferensi pers yang dikutip Channel News Asia (CNA).

Sementara itu, Beijing juga nyatanya mengalami peningkatan perdagangan dengan Ukraina. Total perdagangan China dengan Ukraina naik menjadi 29,6 miliar yuan pada kuartal pertama atau naik 10,6% bila dibandingkan dengan tahun lalu.

"Perdagangan China dengan Rusia dan Ukraina telah mempertahankan tren naik. Kerjasama ekonomi dan perdagangan China dengan negara lain termasuk Rusia dan Ukraina akan tetap normal," tambahnya.

China sebelumnya mendapatkan tekanan dari Barat akibat tidak menjatuhkan sanksi ekonomi dan perdagangan terhadap Moskow. Negeri Tirai Bambu itu juga bahkan absen dari beberapa voting di forum PBB soal serangan Rusia ke tetangganya itu.

Bahkan, perkuatan hubungan antara kedua negara itu terus terjadi pasca serangan Rusia. Akhir bulan lalu Menlu China Wang Yi dan Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan hubungan kedua negara saat ini terbukti tetap bertahan kokoh dalam momen yang disebutnya sebagai ujian.

"China siap bekerja sama dengan Rusia untuk membawa hubungan China-Rusia ke tingkat yang lebih tinggi di era baru," kata Wang di sela-sela pertemuannya dengan Lavrov di Provinsi Anhui, China.

Meski begitu, China tetap menekankan negosiasi perdamaian bagi kedua pihak di Ukraina. Dalam panggilan telepon Beijing dengan Moskow dan Kyiv, China menegaskan konflik ini mungkin dapat berlanjut ke arah krisis kemanusiaan yang lebih besar.

"Dalam jangka panjang, kita harus mengambil pelajaran dari krisis Ukraina, menanggapi masalah keamanan yang sah dari semua pihak berdasarkan prinsip saling menghormati dan keamanan yang tidak dapat dipisahkan, membangun arsitektur keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan melalui dialog dan negosiasi," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Diam-diam Ikut "Hajar" Rusia di Data Ini, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular