
China Diam-diam Ikut "Hajar" Rusia di Data Ini, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - China diam-diam disebut tengah menjauhi Rusia. Ini setelah negeri Presiden Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina dan berujung pada sanksi ekonomi Barat.
Hal ini setidaknya diungkap CNN International melalui sejumlah fakta. "Kedua negara bulan lalu menyatakan persahabatan mereka 'yang tak ada batasnya' tapi itu sebelum Rusia menyerang Ukraina," tulis media itu, Jumat (18/3/2022).
Ada beberapa langkah China yang dianggap tak "setia kawan". Selain dari CNN, sebagian fakta juga dimuat Reuters. Apa saja?
Membiarkan Rubel Jatuh?
China disebut membiarkan mata yang Rusia, rubel, jatuh. Mata uang China, yuan, tidak diperdagangkan sepenuhnya dengan bebas, malah bergerak dalam batas yang ditetapkan oleh pejabat di bank sentral, PBOC.
"Pekan lalu, mereka menggandakan ukuran kisaran perdagangan rubel. Ini memungkinkan mata uang Rusia jatuh lebih cepat," tulis media AS itu.
Rubel telah kehilangan lebih dari 20% nilainya terhadap dolar dan euro sejak dimulainya perang di Ukraina. Dengan membiarkan mata uang Rusia jatuh terhadap yuan, Beijing tidak membantu Moskow.
Cadangan Yuan Rusia
Menurut Kepala Ekonom Asia Pasifik Natixis, Alicia Garcia-Herrero, paling signifikan yang dapat ditawarkan China kepada Rusia adalah melalui cadangannya senilai US$90 miliar yang dimiliki Moskow dalam yuan. Apalagi karena sanksi telah membekukan sekitar US$ 315 miliar cadangan devisa Rusia karena negara-negara Barat telah melarang berurusan dengan bank sentral Rusia.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov sempat mengatakan bahwa negara itu ingin menggunakan cadangan yuan setelah Moskow diblokir dari mengakses dolar AS dan euro. Namun PBOC sejauh ini belum memberikan komentar tentang posisinya terkait cadangan ini.
Menolak Mengirim Suku Cadang Pesawat
China menolak memasok suku cadang pesawat ke maskapai Rusia. Seorang pejabat di otoritas penerbangan Rusia Rosaviatsia, Valery Kudinov, mengatakan bahwa Moksow akan mencari peluang untuk mendapatkan suku cadang dari negara-negara lain.
"Termasuk Turki dan India setelah upaya gagal untuk mendapatkannya dari China," ujarnya yang bertanggung jawab untuk menjaga kelaikan udara pesawat, dikutip Reuters dari Interfax.
Bekukan Investasi Infarstruktur
Pembekuan program investasi di Rusia ternyata tak hanya dilakukan badan yang berbasis di Barat, tapi juga China. Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang berbasis di Beijing untuk melakukan hal yang sama.
Dalam sebuah pernyataan awal bulan ini, AAIB menangguhkan semua kegiatannya yang berkaitan dengan Rusia. Ini juga termasuk sekutunya Belarusia saat perang di Ukraina berlangsung."
"Langkah itu demi kepentingan terbaik" bank," tulis AAIB kala itu.
Halaman 2>>>
