Gap Harga LPG 12 Kg Tinggi, Tanggung Dampak ya Pemerintah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Disparitas atau gap harga antara Liquefied Petroleum Gas (LPG) 12 Kg atau nonsubsidi dengan LPG 3 kg bersubsidi terlampau sangat jauh. Hal itu mengakibatkan adanya migrasi penggunaan dari LPG 12 kg ke gas melon 3 kg, alhasil berdampak pada melebarnya subsidi energi.
Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai masalah utama yang saat ini terjadi adalah disparitas yang cukup tinggi antara LPG 12 Kg dengan LPG 3 Kg. Sehingga sudah dipastikan akan terjadi migrasi dari pengguna LPG 12 Kg ke LPG 3 Kg.
Menurut Bhima jika LPG nonsubsidi 12 Kg ada yang di banderol di harga Rp 205 ribu, sementara isi ulang LPG 3 Kg di banderol di harga Rp 16.000-22.000 atau setara Rp 88.000 untuk 12 kg, maka selisihnya secara kasar mencapai Rp 117.000.
"Kondisi ini memicu naiknya pelebaran subsidi energi dan anggaran Rp 134 triliun yang ditetapkan dalam APBN 2022 tentu tidak cukup," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/4/2022).
Sedangkan, jika subsidi tertutup LPG 3 Kg dilakukan pada saat selisih harga barang subsidi dan nonsubsidi terlalu lebar, maka menurut dia hal ini juga akan mengakibatkan permasalahan baru.
Pasalnya, pemakai LPG 3 Kg yang berhak bukan hanya rumah tangga miskin, namun juga pelaku usaha kecil dan mikro yang jumlahnya di atas 50 juta unit. Sehingga menurutnya jangan sampai perubahan skema subsidi di waktu yang salah akan sebabkan tekanan biaya produksi pada UMKM.
Solusinya juga bukan dengan menaikkan harga LPG 3 Kg karena kenaikan harga akan picu masalah yang jauh lebih serius. Uang yang digunakan untuk membeli LPG 3 Kg bagi masyarakat miskin akan mengorbankan pengeluaran lainnya.
Bahkan daya beli bisa turun karena sensitivitas kelas bawah terhadap naiknya harga energi. Sehingga dalam kondisi disparitas harga energi non-subsidi dan subsidi terlalu jauh, maka langkah terbaik adalah menambah pasokan subsidi energi hingga Rp 200 triliun dari sebelumnya Rp 134 triliun.
"Realokasi anggaran menjadi senjata ampuh untuk dialihkan ke stabilitas harga energi. Ruang fiskal masih ada untuk tahan kenaikan harga LPG 3 kg hingga akhir tahun, asal pemerintah memiliki sense of crisis," katanya.
Sebelumnya, PT Pertamina menyarankan agar masyarakat dapat membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) non subsidi yang sudah disiapkan oleh Pertamina. Hal tersebut menyusul dengan adanya kenaikan harga LPG 12 kg yang beragam di pengecer, mulai dari Rp 195 ribu hingga Rp 205.000 per tabung.
Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan bahwa pihaknya telah mempersiapkan agen resmi, SPBU dan melalui jasa layanan pesan antar Pertamina Call Center 135. Terutama untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam pembelian LPG non subsidi.
Sehingga masyarakat dapat membeli LPG di agen yang telah ditunjuk Pertamina jika harga jual di pengecer lebih mahal dari yang sudah ditetapkan Pertamina. "Ini kalau ada pengecer menjual dengan harga yang berlebihan," ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/4/2022).
CNBC Indonesia pun mencoba menanyakan harga jual LPG 12 Kg untuk wilayah Tapos, Depok melalui layanan Pertamina Call Center 135. Adapun harga jual isi ulang LPG 12 Kg biru di wilayah tersebut dijual dengan harga Rp 188.700. Sementara, untuk LPG 5,5 Kg berada di harga Rp 88.800.
"Ini untuk informasi harga yang saya sampaikan ini adalah harga yang di agen dan juga pangkalan resmi Pertamina," ujar operator.
Berdasarkan hasil penelusuran CNBC Indonesia, di Bekasi contohnya, harga LPG 12 kg di tingkat pengecer ada yang dibanderol hingga mencapai Rp 205 ribu per tabung. Sementara di Tangerang berkisar Rp 195 ribu - Rp 200 ribu. Begitu juga dengan daerah Cibubur, Depok, harga LPG 12 kg-nya dibanderol seharga Rp 200 ribu per tabung.
(pgr/pgr)