
Sudah 48 Hari, Ini 6 Fakta Terbaru Perang Rusia-Ukraina

5. Biden Sebut Lagi Putin Pelaku Genosida
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kembali menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin dan Rusia pelaku genosida di Ukraina. Ini ia katakan di sela-sela kunjungan ke Des Moines, kota di Iowa, AS.
"Saya menyebutnya genosida karena semakin jelas bahwa Putin hanya mencoba untuk menghapus bahkan sekedar gagasan menjadi orang Ukraina," katanya dikutip CNN International dan CNBC.
"Buktinya pun semakin banyak ... Secara harfiah hal-hal mengerikan telah dilakukan Rusia di Ukraina."
Ia pun berujar tak sepantasnya negara-negara mendukung Rusia. Termasuk membeli sumber energi seperti gas atau minyak ke negara itu.
"Anggaran keluarga Anda, kemampuan Anda untuk mengisi tangki (bahan bakar) Anda ... tidak satu pun dari itu harus bergantung pada apakah seorang diktator menyatakan perang dan melakukan genosida di belahan dunia lain," tegasnya lagi.
Tudingan genosida ke Putin sebelumnya juga dikatakan Biden 5 April. Namun ini buru-buru diperjelas pembantunya.
"Kami telah melihat kekejaman, kami telah melihat kejahatan perang, kami belum melihat tingkat perampasan sistematis kehidupan rakyat Ukraina meningkat ke tingkat genosida," kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan.
"Menurut pendapat saya, label itu kurang penting daripada fakta bahwa tindakan ini kejam dan kriminal dan salah dan jahat dan perlu ditanggapi dengan tegas," tambahnya.
6. Pemimpin Muslim Chechnya Bela Putin
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, kembali membela Putin. Ia mengatakan tidak akan membiarkan Pemerintahan Zelensky, terus berkuasa.
Menurutnya Ukraina telah disokong Barat. Di mana ia menyebut Presiden Biden sebagai manusia tapi berprilaku setan.
Di kesempatan yang sama, ia pun menyanjung Putin. Bahkan kata dia, Putin harus diberi Nobel Perdamaian.
"Kami tidak akan berhenti sampai tercapai kedamaian di seluruh dunia yang berdasarkan pada nilai-nilai suci bagi semua orang! Panglima tertinggi kami, Presiden Rusia Vladimir Putin, selalu berdiri demi perdamaian dan melawan peperangan," ujarnya dalam siaran pers Kedutaan Besar Rusia yang diterima CNBC Indonesia.
"Oleh karena itu, beliau layak dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian. Semua roh jahat, yang merupakan pembunuh dan teroris, gagal membuatnya terlihat buruk," katanya lagi.
Checnya sendiri adalah republik di federasi Rusia. Beribu kota di Grozny, Checnya memiliki 95% penduduk Muslim dan sisanya kristen ortodoks.
Pasukan Chechnya Rusia memang dikirim untuk membantu Rusia ke Ukraina. Perang Rusia dan Ukraina diyakini Bank Dunia akan membuat kontraksi pada ekonomi kedua negara, masing-masing 11 dan 45%.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]