Harta Karun Super Kaya RI, Apa Itu Logam Tanah Jarang?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
12 April 2022 12:55
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ternyata menyimpan sumber daya alam melimpah, termasuk di sektor pertambangan. Bahkan, salah satunya merupakan komoditas super langka di dunia.

Komoditas super langka yang dimaksud di sini yaitu logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (RRE).

Lantas, apakah yang dimaksud dengan logam tanah jarang? Komoditas seperti apa LTJ ini?

Komoditas ini dinamai logam tanah jarang karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya, LTJ ini melimpah, melebihi unsur lain dalam kerak bumi.

Namun demikian, sumber daya logam tanah jarang ini banyak dicari oleh banyak pihak. Pasalnya, "harta karun" ini memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini, antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.

Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang merupakan kumpulan dari 17 unsur kimia.

Ke-17 unsur kimia tersebut antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.

Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Lantas, bagaimana potensinya di dunia dan Indonesia? Dan biasa digunakan pada produk apa saja? simak di halaman berikutnya..

Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.

Selain China, LTJ juga dijumpai di Amerika Serikat, tepatnya Mountain Pass AS, lalu Olympic Dam di Australia Selatan di mana 1980-an ditemukan cebakan raksasa yang mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan dan Amerika Latin.

Mengutip Booklet Tanah Jarang 2020 yang dirilis Kementerian ESDM, logam tanah jarang ini biasa digunakan pada industri strategis seperti kilang minyak, super konduktor, dan lainnya. Tak hanya itu, ini juga penting untuk kendaraan listrik dan peralatan militer.

Amerika pun sedang mendorong pengembangan LTJ dari daur ulang lampu neon tua. Adapun konsumen terbesar LTJ di dunia yaitu China dengan mengonsumsi 61% LTJ dunia.

Lantas, bagaimana dengan potensinya di Indonesia?

Dalam catatan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), logam tanah jarang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya adalah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 19.917 ton.

Kemudian, di Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah LTJ berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak LTJ Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah LTJ Laterit 443 ton.

Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan, bahwa saat ini tahapan eksplorasi LTJ di Indonesia masih terbatas, sehingga dari potensi yang ada, baru mendapat indikasi LTJ di 7 lokasi.

"Kemudian kita tahu keterdapatannya 9 lokasi dan sudah terpetakan sumber daya 8 lokasi. 8 lokasi ini pun baru dilakukan eksplorasi awal, sehingga secara umum kita masih terbatas," ungkap Ridwan dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Senin (11/4/2022).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier membeberkan bahwa LTJ mempunyai posisi yang cukup strategis saat ini. Mengingat logam langka ini mempunyai peran besar dalam memenuhi kebutuhan teknologi industri.

Dia menjelaskan bahwa magnet yang ada di logam tanah jarang (LTJ) mempunyai peran penting dalam pengembangan green teknologi dan lainnya. Bahkan untuk proses pembuatan Pesawat F 35 misalnya, kebutuhan LTJ yang diperlukan mencapai 417 Kg.

"Untuk pertahanan Pesawat F 35 membutuhkan LTJ 417 kg, jadi seperti magnet-magnetnya. Nah itu masih dikuasai oleh China 62% produksinya memang faktanya cadangannya banyak di sana. Tidak mudah teknologinya kita dapatkan," ujar Taufiek dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Senin (11/4/2022).

Oleh sebab itu, mengingat harta karun super langka ini mempunyai segudang manfaat bagi keberlangsungan industri. Maka, pihaknya mendukung adanya pengembangan Logam Tanah Jarang, salah satunya dengan menyiapkan road map pengembangan LTJ.

"Karena kami lihatnya ini sangat strategis, untuk pertahanan, untuk green teknologi dan ini sudah kita mapping dan kami akan memasukkan regulasinya secara Instruksi Presiden (INPRES)," katanya.

Logam tanah jarang ini banyak digunakan untuk beberapa produk modern, antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari Booklet Tanah Jarang 2020:

1. Magnet
Unsur LTJ di dalamnya berupa neodymium (Nd), praseodymium (Pr), dysprosium (Dy), terbium (Tb), dan samarium (Sm).
Penggunaan logam tanah jarang pada motor listrik pada mobil hybrid, power steering elektrik, air conditioners, generator, hard disk drives.

2. Baterai NiMH
Unsur LTJ di dalamnya berupa lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd), praseodymium (Pr).
Penggunaan logam tanah jarang pada baterai mobil hybrid, baterai rechargeable.

3. Auto Catalysis
Unsur LTJ di dalamnya berupa lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd).
Digunakan pada bensin (gasoline) dan hybrids diesel fuel additive untuk peningkatan standar emisi otomotif global.

4. Fluid Cracking Catalysis
Unsur LTJ di dalamnya berupa lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd).
Digunakan untuk produksi minyak, peningkatan kegunaan minyak mentah.

5. Phospors
Unsur LTJ di dalamnya berupa europium (Eu), lanthanum (La), cerium (Ce), gadolinium (Gd), praseodymium (Pr), terbium (Tb), dysprosium (Dy), yttrium (Y).
Digunakan pada LCD TV dan monitor, plasma TV, energy efficient compact fluorescent lights.

6. Polishing
Unsur LTJ di dalamnya antara lain lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), mixed.
Biasa digunakan pada LCD TV dan monitor, plasma TV dan display, silicon wafers dan chips.

7. Powders Glass Additives
Unsur LTJ di dalamnya antara lain lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd), gadolinium (Gd), erbium (Er), ytterbium (Yb).
Biasa digunakan pada kaca optik untuk kamera digital, bahan fiber optik.

Tak hanya itu, LTJ juga biasa digunakan pada:

- Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)
Unsur LTJ di dalamnya antara lain dysporsium, neodymium, praseodymium, terbium.

- Kendaraan hybrid
Unsur LTJ di dalamnya antara lain dysporsium, neodymium, praseodymium, lanthanum.

- Ponsel
Unsur LTJ di dalamnya antara lain dysporsium, neodymium, praseodymium, samarium, terbium.

- Lampu hemat energi
Unsur LTJ di dalamnya antara lain europium, terbium, yttrium.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular