Batu Bara Rusia Disetop UE, Pasar Temukan Keseimbangan Baru!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Komisi Uni Eropa yang akan melarang pembelian batu bara asal Rusia akan menciptakan re-balancing atau keseimbangan baru untuk pasar komoditas emas hitam. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.
Menurut Hendra dengan adanya larangan pembelian batu bara asal Rusia oleh Uni Eropa, hal tersebut tentu akan membuat pembeli dari negara di Eropa bekerja lebih ekstra mencari alternatif pasokan batu bara dari negara lain.
Misalnya seperti dari Australia, Afrika Selatan, Kolombia, hingga Indonesia.
Namun demikian, stok dari negara-negara lain juga terbatas. Apalagi dengan situasi saat ini, kemungkinan kargo dari Rusia akan direlokasi ke Asia, seperti Tiongkok, India, Jepang, Taiwan, Korea dan lainnya.
"Sementara Afrika Selatan, Australia dan Kolombia serta RI juga pasar utamanya ke Asia Pasifik. Jadi nantinya kemungkinan market akan re-balancing," kata Hendra kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/4/2022).
Seperti diketahui, rencana Komisi Uni Eropa untuk melarang pembelian batu bara asal Rusia telah menimbulkan kepanikan dari konsumen batu bara di Eropa. Pasalnya, mereka harus segera mencari alternatif pengganti pasokan batu bara Rusia tersebut dengan sumber lainnya, salah satunya Indonesia.
Sumber CNBC Indonesia di industri batu bara menyebut, sejumlah konsumen batu bara asal Eropa telah berbondong-bondong meminta pengiriman batu bara dari Indonesia. Bahkan, permintaan bukan hanya dari perusahaan, melainkan juga atas nama pemerintahnya.
Para pembeli batu bara asal Eropa ini bahkan tidak terlalu memusingkan harga. "Mereka bahkan rela membeli di harga berapapun, yang penting pasokannya ada," ungkap sumber CNBC Indonesia yang enggan disebutkan namanya, dikutip Jumat (08/04/2022).
Menurutnya, ini terjadi karena para pembeli batu bara Eropa ini lebih mengutamakan ketersediaan pasokan dan keamanan energi untuk negaranya terlebih dahulu.
"Saya belum pernah melihat fenomena seperti ini sebelumnya di industri batu bara ini. Ini panic buying!" ungkapnya.
Dengan kondisi seperti ini, dirinya melihat harga batu bara masih akan terus melonjak. Harga kini pun menurutnya belum berada di puncaknya.
(pgr/pgr)