Soal Indonesia, ADB Lebih Pede Ketimbang Bank Dunia!

Maesaroh, CNBC Indonesia
07 April 2022 15:29
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

ADB menjelaskan pertumbuhan kawasan Asia, termasuk Indonesia akan dipengaruhi oleh perang Rusia-Ukraina, stabilitas pasar keuangan, pengetatan kebijakan moneter The Fed, munculnya varian baru Covid-19, serta gangguan produksi di China.

Namun, dampak perang Rusia-Ukraina ke kawasan Asia tidak seberat kawasan lain, terutama Eropa. Kondisi ini membuat negara Asia, termasuk Indonesia bisa tumbuh lebih baik.




Perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan melambungnya harga komoditas bahkan membuat ekspor Indonesia bisa meningkat tajam tahun ini. ADB memperkirakan ekspor Indonesia akan tumbuh 26% pada 2022. 

Sebagai catatan, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2021 mencapai US$ 231,54 miliar atau naik 41,88% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Dampak perang Rusia-Ukraina ke sektor perdagangan dan investasi ke negara berkembang Asia akan moderat karena eksposur yang rendah," tulis ADB.

ADB bahkan menilai pertumbuhan ekspor yang tinggi di kawasan Asia, termasuk Indonesia serta stabilnya perekonomian China semakin mengurangi dampak perang Rusia-Ukraina.

Namun, ADB mengingatkan perekonomian Indonesia bisa terganggu jika inflasi terlalu naik tajam serta berlarutnya perang Rusia-Ukraina. Dibandingkan kawasan lain, negara-negara Asia memang tidak mengalami lonjakan harga yang sangat tinggi. Harga bahan bakar seperti solar dan bensin di Indonesia bahkan masih jauh di bawah pasar.

Tetap saja, ada tekanan inflasi dari naiknya barang-barang serta ancaman pengetatan moneter negara maju. ADB memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai 3,6% pada tahun ini, melonjak dibandingkan pada tahun lalu (1,68%).

"Inflasi akan menanjak jika perang berlangsung lama," tutur laporan ADB.

Harga bahan bakar di tingkat ritel di AsiaSumber: ADB
Harga bahan bakar di tingkat ritel di Asia

Terkait kebijakan moneter, ADB mengatakan kebijakan moneter masih akomodatif tetapi dengan naiknya suku bunga acuan global maka kebijakan ketat kemungkinan akan diterapkan di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia.

"Kebijakan The Fed yang agresif bisa meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan dan meningkatkan inflow serta memperdalam depresiasi. Bank sentral harus memperhatikan adanya tekanan besar ke inflasi yang bisa meningkatkan ekspektasi inflasi," ujar ADB.

ADB merupakan satu-satunya lembaga yang merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular