Internasional

Shanghai Makin Ngeri, Kini Lockdown Total Tanpa Batas Waktu

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 April 2022 09:02
China mengirimkan militer dan ribuan petugas kesehatan ke Shanghai untuk membantu melakukan tes massal COVID-19 bagi 26 juta penduduk di kota itu. (AP/Chen Si)
Foto: China mengirimkan militer dan ribuan petugas kesehatan ke Shanghai untuk membantu melakukan tes massal COVID-19 bagi 26 juta penduduk di kota itu. (AP/Chen Si)

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali memperpanjang penguncian (lockdown) Shanghai. Kota itu kini menjadi hotspot corona.

Hal tersebut ditegaskan otoritas setempat sebagaimana dikutip Wall Street Journal, Senin. Meski penguncian bertahap berakhir Selasa, namun pemerintah tetap mengunci kota dengan 25 juta penduduk tersebut.

Bahkan, mengutip The Guardian dan Reuters, kini 26 juta warga dikunci. Penguncian saat ini seharusnya hanya dilakukan di Barat kota, namun kembali diperluas ke Timur- yang sebelumnya sudah dikunci sebelumnya- hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Hal ini dilakukan karena makin menggilanya varian Omicron. Kasus bahkan masih di atas 10.000.

Kemarin saja, Shanghai mencatat 13.000 kasus tanpa gejala dengan 268 kasus bergejala. Ini tiga kali lipat dibanding sembilan hari sebelumnya, ketika pengumuman lockdown dua fase.

"Saat ini, pencegahan dan pengendalian epidemi Shanghai berada pada tahap yang paling sulit dan paling kritis," kata Wu Qianyu, seorang pejabat di komisi kesehatan kota.

"Kita harus mematuhi kebijakan umum 'pembersihan' (kasus Covid-19) tanpa ragu-ragu."

Dibanding negara lainnya, kasus China memang lebih sedikit. Namun strategi "nol Covid-19" yang menggunakan penguncian ketat dikhawatirkan mempengaruhi ekonomi global yang bergantung pada pasokan China.

Penguncian dilakukan China untuk melakukan pengetesan massif ke warga.

Sebelumnya 3 April lalu, 2.000 personil medis sudah direkrut untuk membantu mengatasi Covid-19 di Shanghai.

Pemisahan Anak dengan Orang Tua

Sementara itu, kebijakan karantina Shanghai telah dikritik warga karena memisahkan anak-anak dari orang tua. Ini akibat pemisahan kasus tanpa gejala dan bergejala di negara itu.

Wu tidak mengomentari keributan atas perpisahan keluarga. Dia bersikeras bahwa anak-anak yang dites positif harus dipisahkan.

Penduduk Shanghai mengorganisir petisi online yang menyerukan agar anak-anak tanpa gejala diizinkan untuk diisolasi di rumah. Setidaknya 1.000 orang menandatangani hal itu meski petisi tiba-tiba tak bisa lagi diakses kemarin.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Lockdown Ala Xi Jinping Picu Keributan di Shanghai China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular