
Indonesia Dkk "Juru Selamat" Rusia, Emang Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, bisa jadi 'juru selamat' bagi Rusia sebagai pengganti pasar Eropa yang berencana memboikot energi dari Negeri Beruang Merah tersebut.
Hal itu ditegaskan Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Selasa (29/3/2022). Ia berujar banyak kontrak-kontrak minyak disepakati Rusia dan negara-negara Asia Tenggara.
"Ada pasar di Asia Tenggara. Tidak diragukan lagi, putusnya tawaran untuk minyak akan dikompensasi oleh tawaran dari arah Timur itu," ujarnya sebagaimana dimuat TASS.
"Tapi bagaimanapun, kami ulangi sekali lagi, pasar dunia jauh lebih beragam daripada hanya pasar Eropa."
Bagaimana faktanya?
Berdasarkan data BP Statistical, konsumsi minyak dari ASEAN mencapai 6,1% dari total konsumsi minyak mentah dunia pada 2020. Besarannya adalah 5,43 juta barel per hari (bph).
Jumlah ini memang masih lebih kecil dari konsumsi Eropa. Bahkan jika tidak menghitung Jerman dan Belanda, yakni 9,99 juta bph.
Singapura jadi negara ASEAN dengan konsumsi minyak terbesar pertama dengan jumlah 1,3 juta bph. Diikuti oleh Indonesia dengan total konsumsi 1,2 juta bph.
Lalu apakah ada yang telah memiliki kontrak minyak dengan Rusia?
Jawabannya ada. Negara-negara tetangga Indonesia sendiri ternyata sudah akrab dengan minyak dari Rusia.
Menurut data OEC, Thailand mengimpor minyak dari Rusia pada tahun 2020 senilai US$ 911 juta dan berkontribusi terhadap 6% impor minyak Negeri Gajah Putih. Selanjutnya ada Malaysia dengan impor senilai US$ 116 juta dengan kontribusi 2,44% dari total impor Malaysia.
Berikutnya adalah konsumen minyak terbanyak ASEAN, Singapura US$ 68,36 juta. Terakhir, Vietnam yang mengimpor US$ 25,7 juta.
Dari data yang sama tampaknya Indonesia tidak membeli minyak dari Rusia. Akan tetapi, ternyata sudah ada rencana membeli memanfaatkan harga murah di Rusia.
PT Pertamina (Persero) beberapa waktu lalu menyebut bakal memanfaatkan peluang pembelian minyak mentah murah asal Rusia, mengikuti jejak sejumlah perusahaan kilang minyak India dan China. Sebelumnya, Rusia memberi diskon minyak karena sanksi barat.
"Di tengah situasi geopolitik kita melihat ada opportunity untuk membeli minyak Rusia dengan harga yang baik. Pak Taufik (Dirut PT KPI) sudah approach," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin (28/3/2021).
"Nggak ada masalah sepanjang perusahaan yang kita deal tidak kena sanksi. Untuk pembayaran mungkin nanti melalui India. Kita koordinasi dengan Kemenlu. Secara politis nggak ada, ini B to B," katanya seraya menyebut sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan BI.
Bisakah "menutup" pembelian yang hilang dari Eropa?
Secara hitung-hitungan kasar, nilai total pendapatan Rusia dari ASEAN hanya sebesar US$ 1,96 miliar. Jauh dibandingkan yang didapatkan Rusia dari Eropa yaitu sebesar US$ 40,24 miliar atau setara 54% impor minyak Rusia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Petaka' Baru di Bumi Bisa Muncul karena Rusia di 2023