
RI Menuju Hidup Bareng Covid-19, 80 Juta Orang Siap Mudik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di Indonesia semakin turun menjelang akhir Maret tahun ini. Dalam sepekan terakhir (23-29 Maret 2022), kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 31.000, turun 48,6% dibandingkan pekan sebelumnya (16-22 Maret) yang mencapai 60.296.
Pada Selasa (29/3), Indonesia melaporkan kasus positif sebanyak 3.895, menurun 94% dibandingkan pada puncak gelombang III pada 16 Februari lalu (64.718).
Kasus kematian turun 37,7% menjadi 820 jiwa pada satu pekan terakhir dibandingkan 1.317 pada pekan sebelumnya.
Namun, penurunan kasus tersebut juga disebabkan oleh semakin sedikitnya jumlah orang yang diperiksa. Pada pekan lalu, jumlah orang yang diperiksa mencapai 671.196, turun 13% dibandingkan pekan sebelumnya (776.140 orang).
Sebagai catatan, pemerintah menghapus ketentuan wajib tes antigen/PCR sebagai syarat perjalanan sejak 8 Maret 2022. Penghapusan syarat ini berdampak besar terhadap jumlah orang yang diperiksa. Pada puncak pekan gelombang III (15-21 Februari 2022), jumlah orang yang diperiksa menembus 2,17 juta.
Positivity rate yang tercatat juga masih terbilang tinggi. Positivity rate pada Selasa (29/3) berada di angka 3,66%. Pada 22 Maret, positivity rate masih berada di level 9,24%.
Dicky Budiman, Peneliti Global Health Security Griffith University Australia mengingatkan meskipun kasus semakin melandai tetapi Indonesia tetap harus waspada, termasuk dengan kemungkinan dengan lonjakan kasus setelah Lebaran serta varian baru yang lebih mematikan.
Jika penurunan kasus terus terjadi, Indonesia mungkin bisa menuju endemi pada akhir tahun ini. "Tapi ingat endemi bukan tujuan akhir. Tetap saja itu buruk. Jangan dianggap setelah endemi itu berakhir semua tentu saja belum selesai," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/3).
Penurunan kasus sejak pertengahan Maret membuat pemerintah semakin memperlonggar pembatasan mobilitas masyarakat yang berdampak pada meningkatnya aktivitas di luar rumah.
Data Google Mobility Index per 26 Maret 2022 juga menunjukkan adanya kenaikan mobilitas untuk sejumlah titik dibandingkan per 18 Maret 2022 lalu. Baseline atau dasar pembanding data adalah mobilitas masyarakat sebelum kemunculan Covid-19 pada 3 Januari-6 Februari 2020.
Mobilitas di tempat perdagangan ritel dan rekreasi merangkak naik ke 18% dari 6% per 18 Maret lalu. Untuk mobilitas di tempat kerja juga sudah naik menjadi 18% dari sebelumnya 10%. Mobilitas di tempat transit terkontraksi 4% dari sebelumnya terkontraksi 17%.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pekan lalu, bahkan mengumumkan jika ibadah sholat Taraweh diperbolehkan untuk Ramadhan tahun ini. Tradisi mudik juga diperkenankan setelah dua tahun dilarang. Diizinkannya mudik serta penghapusan syarat tes Antigen/PCR sebagai syarat perjalanan mendongkrak minat orang untuk mudik.
Survei Balitbang Kementerian Perhubungan pada 9-21 Maret 2022 menunjukan adanya potensi pergerakan nasional sebanyak 79,4 juta orang yang akan bepergian ke luar kota selama periode Lebaran.
Jumlah tersebut meningkat pesat dibandingkan pada survei sebelumnya saat belum ada ketentuan penghapusan tes Antigen/PCR. Pada saat survei periode 14-28 Februari, potensi pergerakan dari orang yang akan mudik hanya 55 juta orang.
"Pada tahun ini keinginan masyarakat untuk mudik sangat tinggi. Selain kita harus intensif berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 terkait penerapan prokes, juga harus mengintesifkan pengecekan terkait aspek keselamatan," tutur Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam keterangan resmi, Selasa (29/3).
Hasil survei juga menunjukan adanya potensi pergerakan masyarakat Jabodetabek sebanyak 13 juta selama Lebaran. Jumlah tersebut setara 38,35% dari jumlah penduduk Jabodetabek (33,9 juta).
Jumlah pergerakan masyarakat Jabodetabek mendekati periode pra pandemi di tahun 2019 (14 juta). Pergerakan masyarakat di Jabodetabek pada Lebaran tahun 2020 dan 2021 menurun drastis yakni 3,5 juta pada 2020 dan 3,1 juta pada 2021.
Survei Kemenhub menunjukan puncak arus mudik diperkirakan H-2 yakni Sabtu 30 April 2022 sementara arus balik pada H 4 yakni Sabtu 7 Mei dan H 5, Minggu 8 Mei 2022.
![]() Daerah tujuan mudik |
Mobil pribadi menjadi pilihan favorit pemudik disusul kemudian dengan sepeda motor. Sebanyak 21,3 juta orang diperkirakan akan mudik dengan mobil pribadi sementara 14,9 juta orang dengan sepeda motor. Pengguna moda transportasi bus diperkirakan mencapai 12,9 juta, pesawat sebanyak 9,6 juta, kereta api sebanyak 7,2 juta juta, kapal laut sebanyak 1,1 juta sementara kapal Penyeberangan 900 ribu orang.
Pergerakan arus mudik paling besar akan menuju Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sebanyak 21,3 juta orang diperkirakan akan mudik menuju Jawa Tengah sementara ke Jawa Barat sebanyak 15 juta. Daerah favorit lain adalah Jabodetabek (5,5 juta), DIY (3,9 juta), Sulawesi Selatan (3,8) dan Lampung (2,4 juta).
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengingatkan besarnya pergerakan mudik seharusnya bisa menjadi mendorong perbaikan ekonomi, terutama untuk moda transportasi bus. Terlebih, selama pandemi, moda tersebut makin ditinggalkan.
Djoko mengatakan salah satu program yang bisa menggerakan perekonomian moda transportasi bus adalah program mudik gratis.
"Mudik gratis akan membantu PO bus wisata dan PO bus antarkota antarprovinsi (AKAP) menangguk keuntungan setelah dua tahun ikut 'berpuasa' akibat pandemi. Selama dua tahun, sudah dua kali pula mudik Lebaran dilarang dioperasikan," tutur Djoko, kepada CNBC Indonesia, Senin (28/3)/.
Kementerian Perhubungan mencatat ada sebanyak 57.693 unit bus AKAP dan Pariwisata di seluruh Indonesia sesuai dengan kewenangan pemerintah pusat.
Djoko menambahkan mudik gratis dapat diadakan meskipun Kementerian Perhubungan tidak menganggarkannya. Pemerintah bisa melibatkan semua BUMN yang memiliki kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk pelaksanaan mudik gratis.
"Kegiatan mudik gratis ini sangat membantu masyarakat menengah ke bawah untuk ikut mudik Lebaran," tambahnya.
Tradisi mudik menjadi penggerak ekonomi di daerah karena besarnya perputaran uang pada periode Lebaran. Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang kartal pada periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sebesar Rp 175,26 triliun. Jumlah ini meningkat 13,4% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp 154 triliun.
Bank Indonesia mencatat, penarikan uang tunai pada periode Lebaran selama pandemi Covid-19 turun drastis. Pada tahun 2020, uang beredar selama Lebaran hanya mencapai Rp 109,2 triliun sementara pada tahun 2021 sebesar Rp 154 triliun.
Jumlah tersebut jauh di bawah tahun 2019 yang menembus Rp 185 triliun atau tahun 2018 yang menyentuh lebih dari Rp 190 triliun.
Kenaikan jumlah peminat mudik pada tahun ini menjadi sinyal bahwa Lebaran tahun ini mungkin bisa lebih meriah dibandingkan dua tahun terakhir.
Optimisme tersebut sudah tercermin dalam survei penjualan eceran. Survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukan Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) April 2022 diperkirakan mencapai 151,8 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (141,1)
"Hal tersebut sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadhan," tulis survei Bank Indonesia dalam survei bertajuk Survei Penjualan Eceran Februari 2022.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan dibandingkan dua tahun lalu, permintaan akan benang untuk baju lebaran jauh membaik untuk tahun ini.
Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri pada tahun 2020 dan 2021 dirayakan dalam suasana pembatasan mobilitas yang ketat. Pemerintah bahkan melarang tradisi mudik. Kondisi ini ikut mempengaruhi penjualan pakaian jadi.
"Dari hulu bagus, demand bagus cuma kita masih was-was kalau kemarin impor benar-benar dikendalikan. UKM nya pun sangat confident untuk produksi tetapi masih khawatir serbuan impor," tutur Redma, kepada CNBC Indonesia.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 Mulai Turun, Dampak Liburan Sudah Menghilang?