RI Kecanduan Impor Minyak Arab, Ternyata Ini Alasannya!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
29 March 2022 12:35
Arab Saudi
Foto: Saudi Aramco/Handout via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini merupakan negara net importir minyak, artinya masih mengimpor minyak mentah maupun produk olahannya seperti Bahan Bakar Minyak (BBM).

Meski memproduksi minyak bumi di dalam negeri, namun sayangnya produksinya terus menurun, sehingga mau tak mau minyak mentah pun harus diimpor dari luar negeri untuk bisa diolah di kilang minyak dalam negeri.

Dari kapasitas operasional kilang sekitar 800 ribu barel per hari (bph), produksi minyak mentah dalam negeri hanya sekitar 660 ribu bph, bahkan di antaranya ada yang harus diekspor karena bagian produksi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas. Olek karena itu, tak ayal Indonesia masih mengimpor minyak mentah.

Adapun negara asal impor minyak mentah RI dengan jumlah pasokan terbesar yaitu Arab Saudi. Berdasarkan data Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Desember 2021 Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor minyak mentah sebesar 4,42 miliar kilo gram (kg) atau 4,42 juta ton selama Januari-Desember 2021. Impor minyak mentah dari Arab ini setara dengan US$ 2,27 miliar.

Selain dari Arab Saudi, Indonesia banyak mengimpor minyak dari sejumlah negara di Afrika seperti Nigeria, Angola, Gabon, Aljazair, dan lainnya.

Lantas, kenapa Indonesia lebih bergantung pada minyak mentah asal Negeri King Salman ini?

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pun membeberkan alasan kenapa selama ini perseroan banyak mengimpor minyak mentah asal Arab Saudi. Nicke mengatakan, impor minyak dari Arab ini dilakukan karena karakter minyak Arab ini cocok dengan spesifikasi kilang Pertamina, yakni hanya bisa mengolah minyak mentah berat atau "heavy crude" dengan sulfur rendah.

Namun kekurangannya, dia mengakui, harga minyak mentah berat asal Arab ini memang lebih mahal dibandingkan jenis minyak asam atau "sour crude" yang bisa dipasok dari berbagai sumber.

"Hari ini terus terang kilang kita hanya bisa memproses crude dengan sulfur rendah dan mahal. Di dunia ini suplainya gak banyak, makanya kenapa kita ada negara tertentu seperti Arab melalui Saudi Aramco (impor minyak)," tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (29/03/2022).

Namun demikian, imbuhnya, dengan dilakukannya perbaikan (revamping) di sejumlah kilang perseroan, maka ke depannya Pertamina akan lebih fleksibel dalam membeli minyak mentah, salah satunya bisa dari Rusia yang kini tengah didiskon besar-besaran.

Adapun salah satu kilang yang saat ini tengah dilakukan perbaikan spesifikasi (revamping) yaitu Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Perbaikan ini ditargetkan tuntas pada Mei 2022 mendatang.

"Dengan revamping ini, maka Kilang Balongan lebih terbuka, lebih fleksibel menggunakan crude apa pun," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Harga, Impor Minyak RI Bisa Meroket Gegara Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular