Bukan Cuma Harga, Impor Minyak RI Bisa Meroket Gegara Ini

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
10 March 2022 18:15
ASIA-OIL/
Foto: REUTERS/Henning Gloystein

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor minyak RI pada Februari-Maret 2022 ini diperkirakan bakal melonjak dibandingkan Januari 2022. Lonjakan harga minyak memang bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Seperti diketahui, sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, harga minyak tak henti menanjak dan bahkan mencetak rekor baru. Harga minyak terus melaju di atas US$ 100 per barel.

Pada perdagangan Rabu (09/03/2022) pagi waktu Indonesia, harga minyak jenis Brent bahkan sempat menyentuh US$ 127,98 per barel, tertinggi sejak Juli 2008. Meskipun pada hari ini harga minyak menurun dibandingkan kemarin, namun masih tetap melampaui US$ 100 per barel.

Hari ini, Kamis pagi (10/03/2022) pukul 07:24 WIB, harga minyak jenis Brent turun 13,16% menjadi US$ 111,14 per barel dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Sementara harga minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) juga berada pada level US$ 108,7 per barel.

Meski hari ini turun tajam, tetapi Brent dan light sweet masih membukukan kenaikan harga masing-masing 19,91% dan 21,17% dalam sebulan terakhir secara point-to-point. Selama setahun ke belakang, harga melonjak 62,63% dan 67,78%.

Harga minyak tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan pada awal tahun yang masih berada di kisaran US$ 76 per barel.

Dari sisi nilai, ini tentunya juga akan berdampak pada peningkatan impor minyak.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak mentah RI pada Januari 2022 tercatat sebesar 707,74 ribu ton, turun 51% dibandingkan Januari 2021 yang sebesar 1,43 juta ton. Dari sisi nilai, impor minyak mentah RI pada Januari 2022 tercatat US$ 401,46 juta, turun 22% dari US$ 513,18 juta pada Januari 2021.

Sementara untuk impor produk hasil minyak atau Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Januari 2022 tercatat 1,83 juta ton, naik 10% dari Januari 2021 sebesar 1,66 juta ton. Dari sisi nilai, impor BBM pada Januari 2022 ini tercatat US$ 1,35 miliar, melonjak 67% dibandingkan Januari 2021 yang sebesar US$ 812,16 juta.

Adapun kenaikan impor BBM pada Januari 2022 ini terutama berasal dari kenaikan bahan bakar pesawat atau aviation gasoline (Avgas) dan bahan bakar diesel. Sementara untuk impor bensin, seperti Premium (RON 88), Pertalite (RON 90), dan Pertamax (RON 92) mengalami penurunan.

Impor bensin pada Januari 2022 mencapai 1,11 juta ton, turun tipis dari Januari 2021 1,12 juta ton. Namun dari sisi nilai, impor bensin ini melonjak signifikan sebesar 58% yakni menjadi US$ 870,72 juta dari US$ 550,10 juta pada Januari 2021.

Sementara impor avgas pada Januari 2022 97,6 ton dari Januari 2021 yang tidak ada impor sama sekali. Impor avgas ini tercatat sebesar US$ 155 ribu ton.

Sedangkan impor diesel pada Januari 2022 446,27 ribu ton, naik dua kali lipat dari 218,78 ribu ton pada Januari 2021. Begitu juga dari sisi nilai, melonjak 200% dari US$ 89,31 juta pada Januari 2021 menjadi US$ 267,78 juta.

Adapun rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Januari 2022 mencapai US$ 85,89 per barel, berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pada Februari, ICP bahkan kembali melonjak menjadi US$ 95,72 per barel.

Dengan harga minyak mentah kini kian meningkat, tentunya ini akan berimbas pada lonjakan impor minyak RI.

Namun demikian, lonjakan impor minyak RI pada Februari-Maret diperkirakan tidak hanya karena faktor dari kenaikan harga, namun ada beberapa faktor lainnya. Apa saja? Simak ke halaman berikutnya.

Selain karena kenaikan harga, impor minyak pada Februari-Maret ini diperkirakan akan meningkat karena adanya peningkatan stok BBM, terutama persiapan jelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang akan berlangsung pada April-Mei 2022, serta berhentinya operasional Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.

Seperti diketahui, Kilang Balongan tengah dilakukan pemeliharaan total skala besar sejak awal Maret 2022.

Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional, Subholding Refinery & Petrochemical Pertamina, Ifki Sukarya, mengatakan operasional Kilang Balongan berhenti total selama masa pemeliharaan sejak awal Maret hingga akhir April 2022 mendatang.

"Ya total shutdown, sampai dengan akhir April," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (09/03/2022).

Adapun kapasitas produksi saat ini sebesar 125 ribu barel per hari. Kilang Balongan ini memproduksi produk olahan termasuk bensin (gasoline), Solar (gasoil), avtur dan polypropylene.

PT KPI tengah resmi menggelar kegiatan pemeliharaan kilang dengan skala tenaga kerja terbesar di awal Maret 2022.

Kegiatan pemeliharaan kilang yang menyerap hampir 15.000 orang pekerja tersebut didapuk Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu kegiatan pemeliharaan kilang dengan serapan tenaga kerja terbesar tahun 2022.

Berhentinya operasional Kilang Balongan ini bisa berdampak pada peningkatan impor produk BBM. Namun demikian, rencana perawatan kilang ini disebut sudah terencana, sehingga dampak kebutuhan atas BBM disebut tidak terkendala.

Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, Irto Ginting mengatakan rencana perawatan Kilang Balongan sudah masuk dalam perencanaan dan perseroan sudah memastikan kebutuhan BBM masyarakat tidak terganggu.

"Ini (perawatan Kilang Balongan) sudah masuk dalam perencanaan untuk memastikan kebutuhan BBM masyarakat tercukupi," tegasnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (10/03/2022).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular