5 Skenario Akhir Perang Rusia-Ukraina, Ada Perang Dunia 3?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah 32 hari serangan militer Rusia ke Ukraina berlangsung. Namun hingga hari ini, pembicaraan damai yang berujung gencatan senjata belum berhasil dilakukan.
Mengutip BBC International, setidaknya ada lima skenario seperti apa perang Rusia- Ukraina berakhir. Berikat penjabarannya:
1. Perang Jangka Pendek
Di bawah skenario ini, Rusia meningkatkan serangannya. Ada lebih banyak tembakan artileri dan roket tanpa pandang bulu di seluruh Ukraina.
Angkatan udara Rusia meluncurkan serangan udara yang menghancurkan. Pasokan energi dan jaringan komunikasi terputus.
Kyiv akan jatuh dan diganti dengan rezim pro-Rusia. Presiden Volodymyr Zelenskyy dibunuh atau melarikan diri ke Ukraina barat atau bahkan ke luar negeri untuk mendirikan pemerintahan di pengasingan.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kemenangan dan menarik beberapa pasukan. Namun militernya tetap akan ditinggalkan cukup banyak untuk mempertahankan kendali di wilayah Ukraina.
Skenario ini mirip dengan yang terjadi dengan Afghanistan-Taliban beberapa waktu lalu. Namun dapat dipastikan setiap pemerintah pro-Rusia akan menjadi rentan terhadap pemberontakan.
2. Perang Jangka Panjang?
Jika skenario ini terjadi, ada kemungkinan pasukan Rusia terjebak, terhambat oleh moral yang rendah, logistik yang buruk dan kepemimpinan yang tidak kompeten saat menyerang Ukraina. Pasukan Rusia juga butuh waktu lebih lama bagi untuk menyerang kota seperti Kyiv karena banyak pasukannya yang ikut bertempur.
Bahkan setelah pasukan Rusia mencapai beberapa kota Ukraina, mereka juga harus berjuang untuk mempertahankan kendali. Ada kemungkinan Rusia tidak dapat menyediakan pasukan yang cukup untuk mengambil alih Ukraina yang begitu luas.
Pasukan pertahanan Ukraina berubah menjadi pemberontakan yang efektif, bermotivasi dan didukung oleh penduduk lokal. Sementara Barat, akan terus menyediakan senjata dan amunisi.
3. Perang dengan Eropa dan NATO
Ada kemungkinan perang dapat terjadi di luar perbatasan Ukraina. Putin bisa berusaha untuk mendapatkan kembali lebih banyak bagian dari bekas kekaisaran Rusia dengan mengirimkan pasukan ke bekas republik Soviet seperti Moldova dan Georgia, yang bukan bagian dari NATO.
Putin juga dapat menyatakan pasokan senjata Barat ke pasukan Ukraina adalah tindakan agresi yang memerlukan pembalasan. Dia bisa mengancam untuk mengirim pasukan ke negara-negara Baltik, yang merupakan anggota NATO, seperti Lituania, untuk membangun koridor darat dengan eksklave pesisir Rusia Kaliningrad.
Ini akan sangat berbahaya dan beresiko perang dengan NATO. Berdasarkan Pasal 5 piagam aliansi militer, serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap semua.
Jika Putin menghadapi kekalahan di Ukraina, bisa jadi ia memperpanjang serangannya ke wilayah lain. Putin telah menempatkan pasukan nuklirnya pada tingkat siaga yang lebih tinggi.
Sebagian besar analis meragukan serangan nuklir dari Putin, tetapi tidak menutup kemungkinan ini adalah peringatan dari presiden Rusia tersebut. Sebelumnya banyak ahli was-was dengan eskalasi antara Rusia dengan NATO karena diyakini bisa berujung ke Perang Dunia III (World War 3).
4. Perang Selesai dengan Solusi Diplomatik
Selain skenario perang, solusi diplomatik juga masih tetap dijalankan. Teranyar beberapa negara seperti Turki misalnya bersedia menjadi negosiator.
Namun yang jadi pertanyaan apakah Barat dapat menawarkan "jalan keluar" bagi krisis Rusia-Ukraina. Para diplomat mengatakan penting bagi pemimpin Rusia untuk mengetahui apa yang diperlukan agar sanksi Barat dicabut sehingga kesepakatan dapat dilakukan.
5. Perang Selesai dengan Putin Lengser
Profesor Sir Lawrence Freedman, Profesor Emeritus Studi Perang di Kings College, London, Inggris memberi prediksi lain soal bagaimana perang berakhir. Rezim Putin berakhir.
Dengan perang yang dilakukan Putin, ribuan tentara tewas dan muncul sanksi ekonomi yang membuat sipil menderita. Terlebih masyarakat Rusia sendiri banyak yang mendukung Ukraina.
Ini dapat membuat Putin kehilangan posisi dan dukungan dari rakyat. Nantinya ada kemungkinan ancaman revolusi rakyat.
Meski menggunakan pasukan keamanan internal Rusia untuk menekan oposisi itu, Putin tetap terdesak karena cukup banyak anggota militer Rusia, elit politik dan ekonomi berbalik melawannya. Barat menjelaskan bahwa jika Putin pergi dan digantikan oleh pemimpin yang lebih moderat, maka Rusia akan melihat pencabutan beberapa sanksi dan pemulihan hubungan diplomatik yang normal.
(sef/sef)