
Ide Liar Menteri Jokowi, Rem Impor Kedelai yang Merajalela

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pembatasan impor (larangan terbatas/ lartas) kedelai diperlukan untuk memacuk produksi di dalam negeri. Selain itu, dia menjabarkan, setidaknya ada 3 fase kebijakan yang harus dilakukan untuk stabilisasi kebijakan kedelai di Indonesia.
Ketiga fase itu adalah langkah darurat atau disebut SOS hingga Lebaran tahun 2022 yang fokus ketersediaan kebutuhan domestik. Kemudian, kebijakan temporer atau sementara yang fokus perluasan areal pertanaman kedelai di dalam negeri. Serta, kebijakan berikutnya adalah langkah permanen atau berkelanjutan yang dijadwalkan pada tahun 2023-2024.
"Kalau kita lihat data, sejak IMF menetapkan, importasi kita sangat besar. Dan, tidak ada larangan terbatasnya. Jadi, salah satu tadi yang saya masuk ke Bapak Presiden menyampaikan harus ada lartas," kata Syahrul dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Syahrul memaparkan, untuk mengatasi kondisi darurat hingga Lebaran 2022, pemerintah berencana mengadakan stok penyangga (buffer stock) sebanyak 20 ribu ton per bulan in-out. Dan, ketersediaan stok kedelai nasional 300 ribu ton per bulan in-out hingga Lebaran.
Untuk temporer, Kementan menargetkan pertambahan luas tanam hingga 600 ribu ha dengan total produksi 900 ribu ton. Yakni, 300 ribu ha pada April-Juni, dan sebagian lagi di periode Juli-Oktober. Dengan sumber dana berasal dari APBN mencakup 52 ribu ha dan KUR 600 ribu ha.
Untuk langkah berkelanjutan, dia menambahkan, luas tanam tahun 202 mencapai 750 ribu ha dengan target produksi 1,12 juta ton. Angka itu ditargetkan naik lagi menjadi 1 juta ha dengan produksi 1,5 juta ton di 2024.
Syahrul mengaku telah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar memberlakukan lartas impor kedelai. Dengan masuk sebagai lartas maka komoditas ini bisa lebih dikendalikan tata niaganya.
Hal ini bagian dari upaya mencapai target swasembada kedelai dan meningkatkan produksi kedelai lokal. Saat ini sebanyak kurang lebih 90% kebutuhan kedelai nasional dipasok dari impor.
Syahrul mengatakan, Indonesia telah bergantung kedelai impor selama 15 tahun terakhir. Di sisi lain, untuk tahun 2022, pihaknya mencatat Indonesia masih defisit kedelai 2.592.226 ton dengan rencana impor 2.842.226 ton. Terhadap kebutuhan tahun 2022 ditaksir mencapai 2.983.511 ton atau sekitar 248.626 ton per bulan.
Tanpa lartas, ujarnya, akan sulit untuk memacu produksi lokal jika impor masih menggempur pasar domestik.
"Nanti kami produksi lagi kedelai besar-besaran, dimasukkan lagi impor. Kita bergantung lebih 12 tahun impor kedelai, karena harga di luar Rp5.000-an. Sementara petani kita nggak bisa untung di bawah Rp7.000 per kg," jelasnya.
![]() Harga Kedelai Meroket, Perajin Tahu-Tempe Juga Khawatirkan Stok (CNBC Indonesia TV) |
Di sisi lain, dia menambahkan, produktivitas petani kedelai lokal saat ini hanya di bawah 1,5 ton per hektare (ha) dengan taksiran nilai ekonomi Rp13 juta.
"Makanya kalau harga di bawah Rp7.000 nggak bisa masuk. Jagung bisa 5-6 ton dan bisa hasilkan Rp20 juta. Karena itu nggak ada yang mau tanam. Ini tantangan bagi kita untuk menanam karena harga sudah bagus dan kemungkinan akan terus naik lagi," ujarnya.
China Swasembada
Sementara itu, China juga mengumumkan rencananya memacu produksi kedelai di dalam negeri. Per 2025, China menargetkan produksi kedelai di negara itu bisa melonjak 40%.
Sasaran itu dalam rangka ambisi China mencapai swasembada untuk minyak nabati yang berasal dari biji-bijian.
Secara total, Reuters melaporkan, produksi total kedelai China ditarget mencapai 23 juta ton, melonjak dar tahun ini 16,4 juta ton.
Sama seperti Indonesia, China juga masih mengandalkan hingga 85% kebutuhan kedelainya dari pasokan impor. China merevitalisasi pertanian kedelai sejak tahun 2016.
Namun produksi tahun 2021 dilaporkan anjlok 16% karena petani lebih memilih jagung yang menguntungkan.
Untuk tahun 2022/2023, China dilaporkan akan mengimpor sekitar 100 juta ton kedelai, naik dari 2021/2022 diprediksi mencapai 95-97 juta ton.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Blak-blakan Mentan Impor Kedelai Lebih Murah Dibanding Lokal
