Pakai PLTS Dijamin Lebih Murah? Ini Kata Bos PLN

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 24/03/2022 19:07 WIB
Foto: Dirut PLN Darmawan Prasodjo (Tangkapan Layar Youtube PLN)

Yogyakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama (Dirut) PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut bahwa harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) saat ini sudah semakin murah. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi sumber energi terbarukan tersebut.

Dalam sebuah keterangan pers, pria yang akrab disapa Darmo ini menyebut ada penurunan biaya listrik energi surya hingga 80% dalam lima tahun terakhir. Saat ini harga lelang listrik per kWh PLTS terbaru PLN berada di kisaran US$ 3,5 sen atau sekitar Rp 500.

"Kalau cek kontrak 2015 harga surya masih 25 sen dolar per kwh di 2015. 2017 jadi 10 sen. Terakhir lelang kami 2020 akhir itu dekati 3,8 sen," ujarnya dalam konferensi pers Energy Transition Working Group (ETWG) yang merupakan bagian dari rangkaian acara Presidensi G20 di Yogyakarta, Kamis (24/3/2022).


Ia mengatakan, harga listrik dari tenaga surya ini masih berpotensi untuk turun kembali. Pasalnya, teknologi surya akan semakin lebih mudah diakses karena banyaknya negara dunia, termasuk Indonesia, yang melakukan transisi dari energi diesel.

Hal yang sama juga menurutnya akan terjadi pada biaya penyimpanan (storage) energi surya atau baterai saat malam hari. Ia memprediksi harga listrik tenaga surya dengan baterai yang saat ini masih berada di kisaran US$ 12 sen per kWh dapat diturunkan kembali.

"Ini belum murah. Tapi selama lima tahun ada pengurangan 80%. Kalo tren lanjut, tentu 80% dalam lima tahun cost pasti turun," ucapnya.

PLN sendiri mengaku sedang menggenjot pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sejalan dengan target netral karbon atau net zero emission pada 2060 yang telah ditetapkan pemerintah. Darmawan mengaku saat ini Menteri ESDM Arifin Tasrif telah memberinya instruksi untuk menggarap potensi energi lainnya selain surya.

"Jadi Pak Menteri arahkan bagaimana kita ganti energi impor diganti domestik, fosil ganti EBT, dan mahal diganti murah," tandasnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DPR Bicara Nasib Pembangkit Nuklir - Prospek Danantara di EBT