
Cerita Sri Mulyani Disemprot BPK Gegara Bikin 'Celengan'

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dirinya pernah disemprot alias ditegur oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) lantaran tak bijak kelola dana abadi.
Seperti diketahui, sesuai janji pemerintah, Kementerian Keuangan harus membentuk dana abadi untuk kebudayaan, dengan target alokasi sebesar Rp 5 triliun.
Pada 2020, kata Sri Mulyani dirinya bersama jajarannya perlahan mulai mengalokasikan Rp 1 triliun untuk masuk ke dana abadi. Dana sudah dialokasikan, namun lembaga yang mengelolanya belum terbentuk. Akhirnya dititipkan terlebih dahulu di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Kita bilang ke LPDP ini punya kebudayaan ya, jangan dicampur," ujar Sri Mulyani, Rabu (23/3/2022) dalam peluncuran Dana Indonesiana, dana abadi khusus kebudayaan.
Kemudian, pada 2021, Kemenkeu kembali menyetorkan Rp 2 triliun untuk dana abadi khusus kebudayaan. Sehingga totalnya menjadi Rp 3 triliun. Tahun itu Sri Mulyani masih menitipkannya di LPDP.
Pasalnya tahun 2021 tersebut, merupakan tenggat waktu bagi Sri Mulyani untuk memenuhi janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bisa mempunyai dana abadi hingga Rp 5 triliun.
"Akhirnya saya diaudit BPK, saya dimarahin. 'Nggak boleh kamu masukin terus ke celengan, nggak masuk celengan gede (wadah lembaga) tapi ada celengan kecil, tapi ini belum dibuat'," kata Sri Mulyani melanjutkan ceritanya.
Dalam penjelasannya, Sri Mulyani menyampaikan jika pada 2007 Mahkamah Konstitusi menginstruksikan dan memutuskan jika Kemenkeu harus comply terhadap konstitusi yaitu 20% anggaran harus dibelanjakan untuk bidang pendidikan. Definisinya termasuk riset, teknologi dan budaya.
Dia menyebutkan kadang program tersebut tidak siap dalam waktu cepat. Sering terjadi program kebudayaan ini siap pada November dan Desember di mana sudah menjelang tutup tahun.
Karena itu salah satu cara untuk mengelolanya adalah dengan dana abadi. Karena dana abadi ini setiap tahun dialokasikan dan tidak hangus pada akhir tahun.
Sri Mulyani mengaku senang di Dana Indonesiana ini, kurator ekosistem yang menentukan penerima dana berasal dari budayawan. Sehingga yang menentukan bukan dari Kementerian.
"Jadi para ekspert di bidang budaya sendiri. Misal mbak Ratna Riantiarno di teater, akan banyak ide-ide mau bikin pertunjukan apa. Mereka-mereka yang pantas karena prospek dan kualitas serta tata kelola yang baik," jelas dia.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Bantah 'Eman-eman' Duit Negara