Economic Outlook 2022

Smelter Dibangun, Bos Freeport Harapkan Industri Hilir Tumbuh

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Selasa, 22/03/2022 16:37 WIB
Foto: PT Freeport

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di kawasan ekonomi khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, diharapkan dapat menumbuhkan industri hilir lainnya, terutama industri penyerap katoda (logam) tembaga yang dihasilkan dari smelter Freeport tersebut.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, bila industri penyerap katoda tembaga ini tidak tumbuh, maka ujung-ujungnya produk katoda tembaga yang dihasilkan dari smelter Freeport ini malah akan diekspor lagi, bukan diserap dalam negeri.

Seperti diketahui, smelter tembaga baru Freeport di Gresik ini mulai dibangun sejak Oktober 2021 lalu. Proyek senilai Rp 42 triliun ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600 ribu ton katoda tembaga.


"Diharapkan muncul industri-industri lain sebagai pengguna dari katoda tembaga untuk tumbuh juga, tidak hanya di JIIPE di Gresik, tapi juga di daerah lain di Indonesia. Karena kalau itu tidak tumbuh kan sayang katoda tembaganya akan diekspor semuanya," ungkap Tony dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).

Pihaknya pun mengharapkan Kementerian Perindustrian dan kementerian terkait lainnya bisa bekerja sama agar industri hilir ini bisa terbangun.

"Jadi diharapkan ini tentu saja Kementerian Perindustrian dan kementerian lainnya juga bekerja bersama-sama untuk bagaimana industri hilirnya lagi bisa lebih tumbuh, sehingga apa yang kami lakukan dengan melakukan produksi katoda tembaga akan bisa langsung dimanfaatkan industri lainnya," tuturnya.

Seperti diketahui, saat ini hilirisasi untuk sektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) memang tengah digencarkan pemerintah. Dengan hilirisasi, industri pertambangan akan mampu mengolah barang mentah (raw material) menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi.

Tony menjelaskan yang disebut raw material adalah bijih, seperti bijih nikel, bauksit, dan tembaga. Dalam hilirisasi, para pelaku menambang bijih-bijih tersebut untuk kemudian diproses menjadi barang setengah jadi seperti nikel, feronikel, atau konsentrat tembaga.

"Dengan adanya hilirisasi lebih lanjut dengan yang diterapkan oleh pemerintah, tentu saja ini harapannya masing-masing (sektor) mineral itu melakukan hilirisasi berbeda-beda, proses pengolahan, pemurniannya berbeda-beda, nikel dengan bauksit berbeda, bauksit dengan tembaga berbeda, dan investasinya juga berbeda," jelasnya.

Di samping itu, dia juga mengatakan bahwa hilirisasi bisa meningkatkan nilai tambah dari raw material tersebut. Oleh karena itu, kata dia, hilirisasi bisa memberikan keuntungan lebih besar bagi bangsa ini.

Tak hanya menjadi nilai tambah, lanjut dia, hilirisasi dapat memberikan multiplier effect dengan tumbuhnya industri lain. Sehingga masyarakat atau konsumen bisa mendapatkan harga yang lebih murah dari suatu produk karena semua produksi dilakukan di dalam negeri.

"Program hilirisasi ini adalah program yang baik dan perlu dijalankan dan harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi supaya sektor-sektor yang lain merasakan manfaat daripada hilirisasi itu sendiri," ujar Tony.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tambang Kerap Diterpa Isu Lingkungan, Begini Saran DPR