Internasional

China Turunkan Militer Besar-besaran di LCS, Kenapa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
21 March 2022 18:30
The Vietnamese-claimed Southwest Cay island in the Spratly island group is seen from a Philippine Air Force C-130 transport plane during the visit to the Philippine-claimed Thitu Island by Defense Secretary Delfin Lorenzana, Armed Forces Chief Gen. Eduardo Ano and other officials in disputed South China Sea, western Philippines, Friday, April 21, 2017. The South China Sea issue is expected to be discussed in the 20th ASEAN Summit of Leaders next week. (Francis Malasig, Pool Photo via AP)
Foto: Ilustrasi LCS (AP/Francis Malasig)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dilaporkan telah menurunkan militernya secara besar-besaran di tiga pulau di Laut China Selatan (LCS) yang disengketakan. Bahkan, militer itu dilengkapi sistem rudal anti-kapal dan anti-pesawat, peralatan laser serta jet tempur.

Dalam laporan Associated Press (AP), Komandan Indo Pasifik Amerika Serikat (AS) Laksamana John C Aquilino mengatakan China semakin agresif. Ini untuk menunjukkan kekuatan negara itu kepada negara lain di bibir LCS yang juga menjadi claimant state melawan Beijing.

"Selama 20 tahun terakhir kami telah menyaksikan penumpukan militer terbesar sejak perang dunia kedua oleh China," kata Aquilino dalam wawancara dikutip Senin (21/3/2022).

"Mereka telah meningkatkan semua kemampuan mereka dan penumpukan persenjataan itu membuat kawasan itu tidak stabil."

Salah satu basis militer China ada di Kepulauan Spartly, yang juga disengketakan dengan Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei. Ia menyebut berulang kali pesawat AS diperingatkan untuk menjauh.

"Fungsi pulau-pulau itu adalah untuk memperluas kemampuan ofensif China di luar pantai kontinental mereka. Mereka bisa menerbangkan pesawat tempur, pembom ditambah semua kemampuan ofensif sistem rudal," katanya lagi.

China mengklaim 90% wilayah LCS dengan konsep garis putus-putus (nine dash line). Garis ini berbentuk U yang diadopsi dari peta Tiongkok tahun 1940 an.

Di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), sebuah negara dapat mengklaim hak eksklusif di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), 200 mil laut dari garis pantai kontinental. Tidak ada ketentuan dalam konvensi yang memberikan hak atas perairan, seperti di LCS tanpa memperhatikan hak berdaulat di darat.

Sebelumnya laporan mengenai penumpukan militer China sendiri telah dimuat Februari tahun 2021. Sebuah laporan oleh US Naval War College menyatakan bahwa China telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi yang dinamai Shansa, 1.700 kali luas New York City.

Sebagian besar Kota Sansha adalah wilayah laut. Wilayah ini berada di Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan Taiwan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia-Ukraina Minggir, Situasi Genting Berada di Dekat RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular