
Kabar Biodiesel B30 Dipangkas Berembus, Bye Bye B100..

Jakarta, CNBC Indonesia - Cita-cita Indonesia untuk mengembangkan biodiesel 100% atau B100 dari minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan bakar nampaknya makin sulit diwujudkan.
Pasalnya, saat ini beredar wacana pemerintah untuk memangkas campuran biodiesel 30% atau B30 menjadi B20 atau B25.
Seperti diketahui, kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku di hampir semua produk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian besar untuk kebutuhan pangan.
Sementara hingga hari ini, harga sawit di pasar global masih tinggi. Pada perdagangan Jumat (18/03/2022) pukul 08:20 WIB, harga CPO dibanderol di level MYR 5.970 per ton, naik tipis 0,57% dari penutupan perdagangan kemarin di MYR 5.936 per ton.
Sejak akhir tahun lalu, harga CPO memang terus menanjak. Bahkan, sempat mencapai puncaknya pada 9 Maret 2022 lalu yakni tembus MYR 7.074 per ton.
Meski sejak saat itu tren menurun, namun harga CPO diperkirakan masih akan tinggi hingga setidaknya akhir Juni 2022.
Melansir The Straits Times, Hong Leong Investment Bank Bhd atau dikenal dengan HLIB Riset mengatakan bahwa harga CPO akan tetapi tinggi untuk sementara, kemungkinan hingga akhir Juni.
Kondisi ini membuat beberapa komoditas pangan berbahan baku sawit turut melonjak, terutama minyak goreng.
Selain untuk minyak goreng, CPO juga dimanfaatkan untuk campuran bahan bakar diesel, bahkan kini sudah mencapai 30% (B30).
Saat ini Indonesia merupakan produsen biofuel peringkat ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil. Rata-rata produksi biofuel Indonesia mencapai 126.000 barel ekuivalen minyak per hari.
Pemerintah Indonesia melalui Program Mandatori B30 mewajibkan semua bahan bakar diesel di Indonesia memiliki campuran minimal 30% biodiesel dan 70% Solar. Adapun selisih biaya Solar dan biodiesel ini selama ini ditanggung melalui subsidi biodiesel yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Namun kini pemerintah memutuskan akan memberikan subsidi untuk minyak goreng curah sebesar Rp 14.000 per liter dan dana subsidi juga akan menggunakan dana yang dikelola BPDPKS. Dengan demikian, akan berdampak pada pengurangan dana subsidi untuk biodiesel.
Imbasnya, kini beredar kabar bahwa mandatori kebijakan B30 akan dipangkas menjadi B20 atau B25. Selain karena faktor subsidi, masalah ketersediaan pasokan atau CPO juga menjadi penyebabnya.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan membenarkan wacana tersebut. Namun saat ini menurutnya wacana ini masih dalam tahap kajian.
"Sekarang bagaimana mengatasinya itu banyak opsi, banyak alternatif. Banyak hal yang dikaji, salah satunya adalah B20 atau B25, salah satu alternatifnya itu," jelas Paulus kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/3/2022).
Kendati demikian, kata Paulus, hingga sampai hari ini belum ada keputusan dari pemerintah. Dia mengatakan, dari sisi pengusaha, pihaknya menunggu saja bagaimana keputusan pemerintah nantinya.
Berdasarkan catatan Aprobi, produksi minyak kelapa sawit nasional mencapai hampir 48 juta ton per tahun. Industri petrokimia dan biodiesel hanya menyerap masing-masing 1,7 juta ton dan 8,17 juta ton.
"Kebutuhan dalam negeri itu sekitar 18 juta, sisanya kita ekspor," jelas Paulus.
Sungguh sangat ironis, Indonesia sebagai negara produsen kelapa sawit dan eksportir CPO terbesar di dunia, tetapi rakyatnya kesulitan untuk membeli minyak goreng.
Pemerintah sendiri menjadikan biodiesel sebagai salah satu upaya untuk mendorong bauran energi baru dan terbarukan (EBT) 23% pada 2025 mendatang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertitah agar pemanfaatan biodiesel terus dikembangkan sampai B40, B50, dan B100.
Adanya wacana penurunan B30 menjadi B20 atau B25 ini tentu akan semakin menjauhkan harapan Jokowi untuk bisa memanfaatkan biodiesel sampai B100.
Lagi pula, Dewan Energi Nasional (DEN) juga pernah mengungkapkan, bahwa jika B100 atau bahan bakar nabati (BBN) 100% berbasis sawit diimplementasikan, maka harga bensin atau diesel ini nantinya bisa mencapai tiga kali lipat dari bensin atau diesel berbasis minyak mentah (fosil), yakni bisa mencapai Rp 20.000 per liter.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biodiesel Perusak Pasokan Minyak Goreng? Ini Kata Pengusaha
