Sstt..Ada Kabar Program Biodiesel B30 Bakal Dipangkas ke B20!

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
18 March 2022 15:33
INFOGRAFIS, B50 Ditargetkan Di Akhir 2020 Foto: B50 Ditargetkan Di Akhir 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbas adanya kelangkaan minyak goreng beberapa waktu terakhir ini turut berdampak ke mana-mana. Akibat melesatnya harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit dunia itu, ternyata tak hanya membuat kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng saja. 

Yang terbaru, akibat harga dan suplai minyak sawit dunia mengalami kelangkaan ikut berimbas kepada kebijakan campuran biodiesel 30% (B30) untuk bahan bakar minyak (BBM). Kabarnya, kebijakan B30 akan dikaji ulang dan diturunkan menjadi 25% (B25) dan B20.

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) membenarkan adanya isu tersebut, bahwa saat ini berbagai alternatif kebijakan tengah dikaji oleh pemerintah, salah satunya mengevaluasi kebijakan B30 diturunkan ke B25-B20.

Kabarnya, kajian dilakukan dalam rangka memastikan keamanan pasokan CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng yang juga menjadi bahan baku utama B30.

Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan mengungkapkan adanya alternatif penurunan B30 menjadi B20 atau B25 terjadi karena harga minyak sawit dunia yang tinggi saat ini, yang pada akhirnya membuat harga minyak goreng tinggi.

"Ini jadi permasalahan kita. Sekarang bagaimana mengatasinya itu banyak opsi, banyak alternatif. Banyak hal yang dikaji, salah satunya adalah B20 atau B20, salah satu alternatifnya itu," jelas Paulus kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/3/2022).

Penurunan penggunaan sawit menjadi B20 atau B25 itu, kata Paulus akan dikaji dari segala sisi. Misalnya, Indonesia sudah berkomitmen terhadap penurunan emisi, juga pengaruhnya terhadap meningkatnya impor solar apabila B30 diturunkan.

Kendati demikian, kata Paulus, hingga sampai hari ini belum ada keputusan dari pemerintah. Aprobi dari sisi pengusaha menunggu saja bagaimana keputusan pemerintah nantinya.

Pasalnya, memang semua bahan baku pangan di dunia juga sedang naik, termasuk sawit dan kedelai untuk tempe. Artinya, situasi saat ini, menurut Paulus memang harus diputuskan secara cermat dan bijak setiap kebijakan yang akan ditempuh

"Kalau biarkan ke pasar (harga minyak goreng) kan harganya tinggi. Apakah produknya yang disubsidi atau orangnya yang disubsidi. Jadi memang semuanya sedang dikaji," tuturnya.

"Itu upaya pemerintah. Kami dari industri ikut saja. Semua aja kita ikut, apapun itu kita ikut. Karena kami percaya bahwa pertimbangan pemerintah sudah dapat masukan dari semua pihak dan pasti tidak akan merugikan satu pihak saja," kata Paulus melanjutkan.

Sayangnya, sampai berita ini diturunkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana enggan merespon pertanyaan dari CNBC Indonesia atas isu penurunan B30 ke B25 atau B20 itu.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beberapa waktu lalu menyebut bahwa lonjakan harga CPO tak lepas dari kebijakan penggunaan program biodiesel (B30).

Kenaikan CPO secara tidak langsung mengerek kenaikan harga minyak goreng. Hingga saat ini, masyarakat bahkan masih kesulitan untuk mendapatkan komoditas pangan tersebut.

Faisal Basri, Ekonom Senior juga menyebut kenaikan harga minyak goreng di tengah penurunan produksi dan ekspor CPO disebabkan karena pergeseran dalam konsumsi CPO.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Biodiesel Perusak Pasokan Minyak Goreng? Ini Kata Pengusaha


(pgr/pgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading