
Harga Tinggi, Dunia Kepincut Investasi Hilir Nikel RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa hari belakangan, harga mineral khususnya nikel mengalami lonjakan yang gila-gilaan bahkan sampai menembus level US$ 100.000 per ton. Karena harga yang melesat sangat tinggi, perdagangan nikel di LME ditutup untuk sampai pada Rabu (16/3/2022).
Pada saat perdagangan nikel di LME kembali dibuka, harga nikel kembali mengalami penurunan atau tercatat mencapai US$ 45.590/ton. Meskipun harganya turun, harga nikel itu tercatat masih tinggi ketimbang harga mineral acuan (HMA) nikel yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Maret 2022 yang hanya US$ 23.537 per ton.
Tingginya harga nikel itu merangsang tumbuhnya investasi pengembangan pabrik pengolahan atau hilirisasi nikel di Indonesia. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana membenarkan hal itu, Indonesia sebagai penghasil nikel yang cukup besar di dunia akan terpengaruh dampak positif terhadap tingginya harga nikel.
Ia mendapatkan laporan bahwa akibat harga yang sedang tinggi itu, minat investasi hilirisasi nikel di Indonesia dilirik oleh dunia.
"Tentu rangsangan terhadap investasi makin kencang. Karena saya dapat laporan dari beberapa pihak bahwa banyak sekali keinginan orang untuk masuk ke Indonesia, untuk mengolah nikel menjadi material yang membuat nilai tambah, mulai dari nikel sulfat, kita harapkan bisa menjadi baterai (kendaraan listrik," ungkap Agus kepada CNBC Indonesia.
Seperti yang diketahui, investasi ini mengarah ke produk yang lebih hilir dari nikel. Sebab, sebelumnya Kementerian ESDM menyatakan sempat membatasi pengembangan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) lantaran terkendala bahan baku yakni untuk feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).
Sampai dengan tahun 2024 mendatang akan ada 53 fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) beroperasi, di mana 30 di antaranya merupakan smelter nikel.
"Tapi saya mendapatkan laporan mulai banyak teman-teman yang bergerak di bidang lain tertarik ke mengolah nikel baik secara hilir," ungkap Agus.
Agus mencatat, saat ini memang ada pengolahan nikel kadar rendah menjadi lemonite yang menjadi komponen aktif baterai kendaraan listrik, ada juga penggabungan nikel kadar rendah dan tinggi. "Tercatat ada investor dari Jepang mulai datang Korea dan apalagi China," tandas Agus.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sumbang Setengah Produksi Dunia, Ini Potensi Hilirisasi Nikel RI