Banyak Pilihan, Sri Mulyani Tak Mau Obral Nyari Utangan

Cantika Adinda, CNBC Indonesia
16 March 2022 21:06
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Raker dengan Komisi XI DPR RI (Tangkapan Layar Youtube Komisi XI DPR RI Channel)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Raker dengan Komisi XI DPR RI (Tangkapan Layar Youtube Komisi XI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam upaya untuk menutupi defisit APBN di tahun ini, pemerintah masih akan mengandalkan penerbitan obligasi atau surat utang di dalam negeri. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, dalam konteks pembiayaan defisit, saat ini pemerintah masih mengandalkan pasar domestik untuk membuat ekonomi jauh lebih stabil, karena pembeli yang berasal dari negara lain hanya tersisa 19%.

"Itu membuat ekonomi jauh lebih stabil. Dikombinasikan dengan keseimbangan eksternal kami yang kuat dalam menciptakan obligasi denominasi mata uang lokal domestik (dalam hal ini Rupiah)," jelas Sri Mulyani dalam Bloomberg Asean Business Summit, Rabu (16/3/2022).

Lagipula, kata Sri Mulyani, sampai Januari 2022 APBN tercatat surplus Rp 28,9 triliun atau setara dengan 0,16% terhadap produk domestik bruto (PDB). Bahkan, berdasarkan catatannya, sampai Februari 2022, APBN masih akan 'cuan' atau mendapat keuntungan karena pertumbuhan pendapatan masih di atas 20%.

"Jadi kita sebenarnya masih terus menikmati surplus kas yang kita punya, dan juga pendalaman pasar domestik di pasar obligasi, khususnya pasar obligasi pemerintah (Surat Utang Negara/SUN)," tuturnya.

Pada saat yang sama, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) juga telah sepakat untuk berbagi beban bersama atau burden sharing dalam jangka waktu perjanjian tiga tahun. "Ini memberi kami bantalan sekira Rp 244 triliun."

"Jadi, kombinasi ini memberi kita kemampuan untuk bermanuver terutama ketika pasar global dan pasar luar negeri masih dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan seperti saat ini," ujarnya lagi.

Di samping adanya surplus kas negara dan bantalan dana dari BI, pemerintah, kata Sri Mulyani, juga masih bisa mengandalkan alternatif pembiayaan lain, seperti Samurai Bond dan kebijakan pinjaman dari bank multilateral.

"Ini semua memberikan kita pilihan-pilihan yang akan sangat disadari bahwa pada situasi saat ini pasti dan perlu dijaga dan dikelola dengan sangat hati-hati karena selalu ada batasnya," jelasnya.

"Tapi pada saat yang sama, hari ini kita menikmati pilihan apa yang tersedia bagi pemerintah untuk memilih pembiayaan defisit kita," kata Sri Mulyani melanjutkan.

Sri Mulyani berharap, bahwa defisit tahun ini akan berada di bawah level 4,8% seperti yang ditargetkan pada Undang-undang APBN 2022.

Untuk diketahui, pada Selasa (15/3/2022), pemerintah telah menjual tujuh seri SUN, yaitu seri SPN03220615 (new issuance), SPN12230303 (reopening), FR0090 (reopening), FR0091 (reopening), FR0093 (reopening), FR0092 (reopening) dan FR0089 (reopening).

Total penawaran yang masuk mencapai Rp 49,16 triliun. Jumlah tersebut menjadi yang terendah pada tahun ini. Dari total penawaran yang masuk, pemerintah hanya mengambil Rp 17,25 triliun, di bawah target indikatifnya yang ditetapkan Rp 20-30 triliun.

Pada lelang hari tersebut, Kementerian Keuangan mencatat, bahwa masih didominasi oleh investor domestik yang mencapai 96,32% dari incoming bids. Sementara partisipasi investor asing pada hanya mencapai Rp 1,81 triliun atau 3,68% dari total incoming bids.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Para Sultan Minggir, Sri Mulyani Lebih Tajir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular