Intip Hasil Pertemuan Para Bos Migas, Apa yang Dibahas?

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
16 March 2022 16:55
Perusahaan migas Kuwait, Kufpec, temukan cadangan migas di Natuna. Doc SKK Migas.
Foto: Perusahaan migas Kuwait, Kufpec, temukan cadangan migas di Natuna. Doc SKK Migas.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pada Rabu (16/3/2022) mengumpulkan para bos-bos migas atau CEO Kontraktor Kontrak Kerja Sama Mmigas (KKKS) dalam agenda CEO Forum.

Perkumpulan para bos migas tersebut dilakukan lebih cepat, hal ini untuk menyikapi dinamika perkembangan industri migas terkini khususnya berkenaan dengan melejitnyta harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh level tertinggi dalam 10 tahun terakhir di atas US$ 125 per barel.

Lalu apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut?

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, bahwa CEO Forum 2022 ini diharapkan dapat menjadi enabler kolaborasi yang intens antara Kementerian ESDM, SKK Migas dan investor untuk meningkatkan investasi dan aktivitas di hulu migas di Indonesia.

"Even ini menjadi ajang untuk mendiskusikan langkah-langkah mencapai target produksi dan lifting jangka pendek dan jangka panjang dalam menyikapi kenaikan harga minyak dan dinamika global," terang Dwi, Rabu (16/3/2022).

Kumpul-kumpul bos migas ini dilakukan di awal tahun, Dwi bilang, hal ini untuk menyikapi dinamika perkembangan Industri Migas terkini. Utamanya terkait kenaikan harga Minyak Dunia akibat kondisi suplai global yang telah lama underinvestment tidak dapat memenuhi demand yang membaik dikarenakan perbaikan kondisi pandemi Covid.

"Terlebih dengan kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang juga mengganggu suplai, sehingga harga minyak dunia sempat menembus angka US$ 125 per barrel, yang merupakan harga minyak tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun hari ini berada kembali di bawah US$ 100 per barel. Harga akan terus berfluktuasi, namun pada tingkat yang tinggi", kata Dwi.

Seperti yang diketahui, kecenderungan penguatan harga minyak bumi dan juga berlaku untuk harga gas global. Dwi memprediksi, hingga tahun 2025, harga gas akan cukup tinggi akibat minimnya proyek LNG yang financial investment decision (FID) di periode 2015-2018, serta keterlambatan konstruksi proyek akibat pandemi Covid-19.

"Setelah tahun 2025, pasokan gas diperkirakan mulai meningkat dari proyek yang FID di tahun 2019, namun tetap masih di bawah pertumbuhan demand jangka panjang sehingga harga diprediksi akan kembali meningkat", ujar Dwi.

Lebih lanjut, Dwi mengatakan bahwa industri hulu migas harus dapat mengambil momentum harga migas, dengan segera mengambil langkah-langkah untuk mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan program kerja tahun 2022 pada khususnya dan investasi di hulu migas pada umumnya.

Dwi menegaskan bahwa migas akan terus berperan dan dibutuhkan dalam pembangunan, terlebih dengan tingginya harga minyak dunia memberikan kontribusi yang optimal bagi penerimaan negara.

Tahun 2021 penerimaan negara dari hulu migas mencapai US$ 13,67 miliar atau setara Rp 206 triliun dan mencapai 188,8% dari target APBN 2021 yang sebesar US$ 7,28 miliar.

"Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa kondisi capaian produksi dan lifting tahun 2021, masih di bawah dari target yg ditetapkan dalam APBN 2021 dan Long Term Plan (LTP) Industri Hulu Migas, sehingga perlu adanya program recovery plan. Karena itu, tahun 2022 akan menjadi kunci agar target LTP tetap on the right track," imbuh Dwi.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Menjulang, Pemerintah Kumpulkan Bos Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular