Harta Karun Hijau Milik RI Incaran Maling, Segini Harganya

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
15 March 2022 06:45
Petani menggunakan sarung tangan untuk menjaga kebersihan selama proses vanilla dryer. (Tangkapan Layar via Instagram @desa_ekspor_indonesia)
Foto: Petani menggunakan sarung tangan untuk menjaga kebersihan selama proses vanilla dryer. (Tangkapan Layar via Instagram @desa_ekspor_indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Vanili adalah tanaman perkebunan tahunan. Kerap disebut sebagai harta karun hijau Indonesia karena harganya yang fantastis. Bahkan, untuk vanili kering grade premium atau gourmet, bisa dihargai Rp4 - 6 juta per kg atau 1,5 hingga 2 kali vanili kering biasa.

Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag) vanili dijuluki sebagai 'emas hijau' karena memiliki nilai ekonomis serta harga jual yang tinggi.

Biji vanili mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni US$650/kg atau hampir Rp 10 juta/kg bila pakai kurs saat ini. Namun, pada tahun 2020, harga biji vanili terkoreksi menjadi US$200/kg.

Pantauan per 14 Maret 2022 di platform penjualan online, vanili kering dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp11.000 - 28.000 per batang, atau Rp40.000 - 65.000 per 10 gram, atau Rp2 - 7 juta per kg.

Mengutip situs Vanili Indonesia, pasokan yang terbatas jadi penyebab mahalnya harga vanili. Selain itu, karakter tanaman yang kompleks menyebabkan harga vanili jadi mahal.

Pasalnya, tenaga manusia sangat dibutuhkan dalam penyerbukan karena bentuk bunga yang tidak sempurna.

Harga vanili tahun 2022 diprediksi masih akan melejit. Untuk vanili kering batangan diprediksi bisa mencapai Rp5,2 juta per kg, harga vanili basah Rp600.000 per kg.

Karena harganya yang fantastis, vanili pun jadi incaran maling.

Ketua Dewan Vanili Indonesia John Tumiwa mengatakan, pencurian vanili terjadi saat proses polinasi. Akibatnya, banyak petani melakukan panen muda.

"Ini yang menyebabkan citra vanili Indonesia itu jelek. Imejnya itu murah, bau asap, dan muda," kata John kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.

Proses polinasi hingga panen, jelasnya, biasanya membutuhkan waktu sekitar 8 bulan.

"Tidak mudah bagi petani dalam masa hiatus ini. Petani melaporkan, kalau setiap Jumat atau hari Minggu, beans (vanili basah/ polong) mereka dicuri. Karena pada saat itu petani sedang ibadah atau salat. Itu waktunya si pencuri gerilya. Akibatnya, mereka tidak lagi ke masjid atau atau gereja, melainkan ke ladang menjaga vanili," kata John.

Vanilla Ripeness (Tangkapan layar IG desa_ekspor_indonesia)Foto: Vanilla Ripeness (Tangkapan layar IG desa_ekspor_indonesia)
Vanilla Ripeness (Tangkapan layar IG desa_ekspor_indonesia)

Pencurian beans atau vanili basah, kata dia, permasalahan yang dihadapi petani selama bertahun-tahun dan belum terpecahkan.

Pembina petani dan fasilitator organisasi nirlaba Vanili Indonesia, Hendra Sipayung mengatakan, pencurian sudah menjadi momok bagi petani di Indonesia.

"Karena harganya, minat bertanam vanili ini tinggi. Tapi, pencurian ini jadi momok. Apalagi, pencuri tidak lagi hanya mengambil buahnya, tapi juga mencabut pohonnya. Tanamannya juga diambil. Karena itu, kelembagaan petani vanili Indonesia itu penting. Dari situ bisa dikembangkan standar traceability dan kewajiban SNI atau sertifikasi tanaman vanili Indonesia," kata Hendra.

Hal itu, imbuhnya, bisa sekaligus mengedukasi pembeli agar tidak terjebak dan justru menjadi "penadah" vanili curian.

"Soal traceability ini perlu jadi perhatian pemerintah. Jangan-jangan, buyer sudah menikmati hasil pencurian, jadi penadah," kata Hendra.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-Diam RI Punya 'Harta Karun' Hijau, Harganya Bikin Kaget!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular