
Harga Masih Membara, Ekspor Batu Bara RI Capai 20,69 Juta Ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia masih membara, sampai pada penutupan Kamis (10/3/2022) kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 367,90/ton.
Harga batu bara ini tentunya sangat menguntungkan bagi eksportir asal Indonesia di tengah harga batu bara yang dipatok di dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) yang hanya mencapai US$ 70 per ton.
Lalu dengan harga batu bara di pasaran internasional yang mengalami lonjakan, apakah kegiatan ekspor menjadi melonjak?
Mengacu data Minerba One Data Indonesia (MODI) yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tercatat produksi. batu bara Indonesia sampai 11 Maret 2022 mencapai 85,59 juta ton atau mencapai 12,91% dari target produksi yang mencapai 663 juta ton.
Adapun realisasi ekspor batu bara pada 11 Maret ini mencapai 20,69 juta ton dari rencana ekspor batu bara yang mencapai 497,2 juta ton. Sementara realisasi suplai batu bara dalam negeri atau domestik mencapai 23,13 juta ton dari target tahun ini yang mencapai 165,7 juta ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, bahwa sejauh ini, perusahaan batu bara sedang mengoptimalkan produksi batu baranya yang sempat terhambat di Januari 2022 (saat larangan ekspor).
Anggota APBI, kata Hendra, berkomitmen untuk tetap memenuhi kebutuhan batu bara untuk kelistrikan nasional.
Hendra mengakui, di tengah terganjalnya pasokan batu bara Eropa dari Rusia, terdapat buyer dari beberapa negara di Eropa yang sedang menjajaki atau mencari suplai batu bara dari Indonesia.
"Negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur yang selama ini menjadi importir batu bara daru Rusia," terang Hendra kepada CNBC Indonesia.
Mengutip CNBC International, Kamis (10/3/2022), Anthony Nafte dari CLSA mengatakan bahwa harga komoditas telah melonjak sejak Rusia perang dengan Ukraina. Bagi Nafte, naiknya harga komoditas akan menguntungkan bagi Indonesia karena ekonominya di gerakan oleh komoditas.
"Lebih dari 50% ekspor mereka berasal dari komoditas, dan sekarang Anda sudah mendapatkan posisi di mana harga komoditas akan bertahan lebih tinggi lebih lama," kata Nafte.
Dia mengatakan, misalnya, Rusia saat ini merupakan pemasok batu bara terbesar kedua ke China dan gangguan dapat mendorong Beijing untuk beralih ke Indonesia untuk mengisi kesenjangan.
"Indonesia akan diuntungkan dari efek harga tetapi juga dari segi volume," kata Nafte.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ganjar Sebut Jika Batu Bara Disetop Agak Mengerikan!