Diburu Dunia, Ekspor Batu Bara RI di Maret Alami Lonjakan?

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
11 March 2022 14:48
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara asal Indonesia menjadi incaran para importir dunia, khususnya Eropa bahkan China. Hal itu karena imbas gangguan suplai batu bara dari Rusia, yang belum memasok batu baranya ke beberapa negara Eropa termasuk ke China.

Hal itu lantas membuat batu bara Indonesia diburu oleh importir negara-negara tersebut. Lalu berapa ekspor batu bara dari Indonesia sampai pada awal Maret 2022 ini?

Mengacu data Minerba One Data Indonesia (MODI) yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tercatat produksi. batu bara Indonesia sampai 11 Maret 2022 mencapai 85,59 juta ton atau mencapai 12,91% dari target produksi yang mencapai 663 juta ton.

Adapun realisasi ekspor batu bara pada 11 Maret ini mencapai 20,69 juta ton dari rencana ekspor batu bara yang mencapai 497,2 juta ton. Sementara realisasi suplai batu bara dalam negeri atau domestik mencapai 23,13 juta ton dari target tahun ini yang mencapai 165,7 juta ton.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, bahwa sejauh ini, perusahaan batu bara sedang mengoptimalkan produksi batu baranya yang sempat terhambat di Januari 2022 (saat larangan ekspor).

Anggota APBI, kata Hendra, berkomitmen untuk tetap memenuhi kebutuhan batu bara untuk kelistrikan nasional.

Hendra mengakui, di tengah terganjalnya pasokan batu bara Eropa dari Rusia, terdapat buyer dari beberapa negara di Eropa yang sedang menjajaki atau mencari suplai batu bara dari Indonesia.

"Negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur yang selama ini menjadi importir batu bara daru Rusia," terang Hendra kepada CNBC Indonesia.

Mengutip CNBC International, Kamis (10/3/2022), Anthony Nafte dari CLSA mengatakan bahwa harga komoditas telah melonjak sejak Rusia perang dengan Ukraina. Bagi Nafte, naiknya harga komoditas akan menguntungkan bagi Indonesia karena ekonominya di gerakan oleh komoditas.

"Lebih dari 50% ekspor mereka berasal dari komoditas, dan sekarang Anda sudah mendapatkan posisi di mana harga komoditas akan bertahan lebih tinggi lebih lama," kata Nafte.

Dia mengatakan, misalnya, Rusia saat ini merupakan pemasok batu bara terbesar kedua ke China dan gangguan dapat mendorong Beijing untuk beralih ke Indonesia untuk mengisi kesenjangan.

"Indonesia akan diuntungkan dari efek harga tetapi juga dari segi volume," kata Nafte.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suplai Batu Bara Rusia Bakal Terganggu, RI Siap Ambil Alih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular