Cerita Jokowi 'Ditakut-takuti' Uni Eropa Soal Larangan Ekspor

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
Jumat, 11/03/2022 14:06 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) Saat Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretriat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menceritakan bagaimana keputusan pemerintah melarang ekspor bahan mentah mendapatkan penolakan keras dari sejumlah negara.

Berbicara saat memberikan pengarahan dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke 46 UNS, Jokowi mengaku sempat 'ditakut-takuti' sebelum mengambil mengambil langkah tegas menyetop ekspor bahan mentah.


"Ditakut-takuti terus, tak gugat di WTO, tak gugat di WTO. Gugatlah," tegas Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022).

Jokowi menekankan di tengah ketidakpastian global, transformasi ekonomi menjadi kunci. Jokowi ingin, agar Indonesia bisa memanfaatkan peluang dan momentum di tengah krisis yang terjadi.

Indonesia selama ini memiliki komoditas mentah yang bisa dioptimalisasi. Namun, kata Jokowi, selama ratusan tahun produk bahan mentah seperti nikel, batu bara, dan lainnya justru kerap diekspor tanpa dijadikan barang jadi.

"Kita tidak mendapatkan nilai tambah, tidak mendapatkan value added apapun," kata Jokowi.

Pada 2020 lalu, Jokowi dengan tegas mengambil kebijakan untuk menyetop ekspor nikel untuk dimanfaatkan di dalam negeri. Hasilnya, nilai ekspor nikel dalam bentuk produk jadi semakin bertambah.

"7 tahun lalu ekspor nikel bahan mentah kira-kira sampai US$ 1,5 miliar. Berarti kira-kira Rp 15-20 triliun. Kita setop, muncul industrialisasi, hilirisasi. 2021 kemarin ekspor kita karena sudah dapat setengah jadi, menjadi US$ 20,8 miliar. Artinya dari Rp 15 triliun melompat kurang lebih Rp 300 triliun," jelasnya.

"Baru satu barang yang namanya nikel. Padahal kita memiliki bauksit untuk alumina, tembaga, timah, emas dan komoditas perkebunan dan pertanian," tegasnya.

Keputusan Indonesia menyetop ekspor nikel memang mendapatkan penolakan keras dari Uni Eropa. Bahkan, kawasan benua biru menggugat keputusan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Enggak apa-apa. Ini belum rampung, saya sudah perintah lagi bauksit tahun ini setop biar digugat lagi. Bauksit setop tahun depan, setop lagi tembaga atau timahnya biar digugat lagi," katanya.

"Enggak apa digugatin terus, belum tentu kita kalah. Tapi belum tentu juga kita menang. Tapi keberanian itu harus kita lakukan. Kalau kita enggak pernah mencoba, kita enggak akan tahu kita menang atau kalah," tegasnya.


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ahli UGM Sebut Kerugian Tambang Raja Ampat Lampaui Kasus Timah