Warga Jakarta & Bandung Mulai Kurangi Belanja, Kamu Ya?

Maesaroh & Maesaroh, CNBC Indonesia
10 March 2022 12:48
UKRAINE-CRISIS/KHARKIV
Foto: via REUTERS/STATE EMERGENCY SERVICE

Serangan Rusia ke Ukraina Februari melambungkan harga-harga komoditas dari energi hingga pangan. Kondisi tersebut bisa berimbas pada naiknya harga produk impor ataupn produk yang menggantungkan bahan baku impor. Naiknya imported inflation ini bisa semakin menurunkan daya beli masyarakat sehingga konsumsi berkurang.

Morgan Stanley dalam laporannya When Geopolitics and Inflation Mix - a 1970s Throwback? mengingatkan jika perang Rusia-Ukraina akan berdampak besar terhadap produk makanan dan minuman non-alokohol Indonesia, jasa makanan, serta transportasi. "Komoditas pangan dan energi adalah salah satu penentu inflasi," tutur Deyi Tan, ekonomis Morgan Stanley dalam laporannya.

Menurut Morgan Stanley, komoditas pangan dan energi berkontribusi 9-40% terhadap inflasi di wilayah Singapura, India, Malaysia, Filipina, China, Thailand, Korea, Indonesia, Taiwan, dan Hong Kong. "Kita menghitung bahwa setiap 10% kenaikan harga pangan dan energi akan meningkatkan inflasi 0,9-4 persentase poin ke inflasi," ujarnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam laporan berjudul Ekonomi Indonesia di tengah Gejolak Rusia dan Ukraina mengatakan inflasi pada tahun 2022, diperkirakan akan meningkat sejalan pulihnya ekonomi.

Tekanan dari sisi pasokan juga masih tinggi, terimbas dari inflasi global (imported inflation). Dia mengingatkan inflasi harga bergejolak meningkat terutama akibat naiknya harga pangan, khususnya pada harga minyak goreng sebagai imbas dari naiknya harga minyak sawit mentah (CPO).

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengatakan dampak langsung dari perang Rusia-Ukraina ke sektor riil mungkin tidak terlalu besar. Dampak besar justru muncul dari kenaikan sejumlah harga komoditas berpotensi menambah tekanan pada inflasi domestik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular