Harga Daging Ayam Terbang Imbas Perang Rusia-Ukraina

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 March 2022 16:40
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina bukan hanya mengancam kenaikan harga gandum, melainkan juga kebutuhan pokok lainnya, hingga daging ayam. Sejak konflik kedua negara meletus, harga minyak mentah dunia terus menanjak naik dan menimbulkan dampak beruntun ke dalam negeri.

Bahkan, pada sesi perdagangan Selasa pagi (8/3/2022) pukul 06:41 WIB, harga minyak jenis Brent melonjak ke US$123,21/barel. Melonjak 4,32% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Maret 2012. Efek dominonya, ongkos energi ikut terdongkrak dan berdampak ke biaya logistik.

Dimana, mulai 3 Maret 2022, Pertamina menyusul kompetitornya  dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. 

"Ketika harga BBM naik, margin pengangkutan dan perdagangan (MPP) meningkat. Yang paling banyak margin (biaya) di pengangkutan, pemerintah harus hitung MPP. Bukan pengusaha ekspedisi yang tanggung, bukan pedagang yang tanggung, tapi seluruh kenaikan, diantaranya faktor kenaikan BBM itu membebani masyarakat langsung," kata Presiden Peternak Layer Nasional (PLN), Ki Musbar Mesdi kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/3/22).

Kenaikan harga itu membebani masyarakat karena biaya pengangkutan menjadi lebih mahal. Ia mencontohkan bagaimana sudah ada kenaikan MPP dari tahun-tahun sebelumnya.

"Di 2017, MPP kita Rp4.000, sekarang sudah menyentuh Rp7.800an, peningkatan 2x lipat. Padahal ayam ini harga di petani peternak relatif stabil, tapi harga di masyarakat befluktuasi, karena tergantung juga MPP," ujar Ki Musbar Mesdi.

Kenaikan harga daging ayam juga sudah terlihat kini. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Nasional (PIHPS), harga kebutuhan daging ayam sampai ada yang menembus lebih dari Rp45 ribu, diantaranya di Nusa Tenggara Timur dengan harga Rp47.950 per kg serta Kalimantan Utara dengan banderol Rp45.750 per kg.

Demi meminimalisir beban masyarakat yang terdampak kenaikan harga BBM, maka pemerintah perlu untuk meringankan, misalnya dengan cara subsisidi.

"Untuk ke depan jalan keluarnya harusnya pengangkutan bahan pokok dan penting, pemerintah memberi subsidi dong untuk pengangkutannya," sebut Ki Musbar Mesdi yang juga Wakil Ketua Umum HKTI Bidang Peternakan dan Perikanan itu.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Daging Ayam Terbang, Kena Efek Borong China & Ukraina?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular