Perang di Ukraina Picu Ekonomi Rusia, AS dan Eropa 'Berdarah'
Jakarta, CNBC Indonesia - Efek peperangan di Ukraina tidak hanya menimbulkan dampak ekonomi terhadap Rusia. Amerika Serikat (AS) dan Eropa juga diprediksi mengalami dampak negatif.
Menurut proyeksi yang diberitakan CNBC International, Senin (7/3/2022), ekonomi AS akan tumbuh lebih lambat dengan inflasi yang lebih tinggi. Sementara ekonomi Eropa akan mendekati resesi. Sedangkan perekonomian Rusia akan anjlok sebesar dua digit.
Median dari 14 perkiraan untuk ekonomi AS menunjukkan PDB akan naik 3,2% tahun ini, turun 0,3% dari perkiraan Februari. Akan tetapi, proyeksi itu masih di atas pertumbuhan tren karena AS terus bangkit kembali di tengah penularan virus Corona galur Omicron.
Sementara inflasi untuk pengeluaran konsumsi pribadi, indikator pilihan The Federal Reserve, terlihat naik sebesar 4,3% tahun ini. Nilai itu 0,7 poin persentase lebih tinggi dari survei sebelumnya Februari.
Perkiraan para ahli memperlihatkan mereka condong ke arah inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih rendah.
Di sisi lain, penghapusan total minyak Rusia dari pasokan global bisa berarti hasil yang jauh lebih suram.
"...Konsekuensi dari penghentian total ekspor minyak Rusia ke AS dan Eropa sebesar 4,3 juta barel per hari akan dramatis," tulis JPMorgan akhir pekan lalu.
Pembaruan CNBC International menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS meningkat menjadi 3,5% pada kuartal kedua dari 1,9% pada kuartal pertama. Tapi perkiraan kuartal kedua itu turun 0,8 poin persentase dari survei sebelumnya. Jadi ekonomi masih terlihat bangkit kembali dari gelombang Covid-19 Omicron, tetapi tidak sekuat inflasi yang lebih besar.
Perkiraan inflasi 1,7 poin persentase lebih tinggi untuk kuartal ini dan 1,6 poin persentase untuk berikutnya. Inflasi diperkirakan turun dari 4,3% tahun ini menjadi 2,4% pada akhir tahun. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi AS terlihat bertahan.
Sementara sebagian besar setuju bahwa efeknya akan lebih buruk di Eropa. Barclays menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk Eropa tahun ini menjadi 3,5% dari 4,1% per Februari lalu.
"Melonjaknya harga komoditas dan penghindaran risiko di pasar keuangan adalah saluran penularan utama, menyiratkan kejutan stagflasi global, dengan Eropa menjadi wilayah yang paling terbuka" kata bank investasi itu.
JPMorgan memperkirakan PDB Eropa akan meningkat sebesar 3,2%. Rusia diperkirakan akan terkena pukulan paling keras dari semua negara Eropa. JPMorgan memperkirakan penurunan 12,5% dalam PDB karena ekonomi negara itu melemah di bawah beban sanksi telah membekukan US$630 miliar cadangan devisa dan memotong ekonominya dari seluruh dunia.
Institute for International Finance melihat kontraksi 15%, dua kali lipat penurunan dari krisis keuangan global. "Kami melihat risiko ke bawah. Rusia tidak akan pernah sama lagi," tulis Kepala Ekonom IIF Robin Brooks.
(tfa/tfa)