
Penyebab Harga Daging Rp 130 Ribu Lebih: RI 'Kecanduan' Impor

Khusus daging sapi, kenaikan harga memang tidak bisa terhindarkan. Pasalnya, produksi Indonesia tidak (atau belum, siapa yang tahu) mencukupi permintaan.
Kementerian Pertanian dalam dokumen Outlook Daging Sapi mengungkapkan konsumsi daging sapi pada 2020 adalah 2,31 kg/kapita/tahun. Dikalikan jumlah penduduk 269,6 juta orang, maka kebutuhan nasional sekitar 623,42 ribu ton.
Sedangkan hasil perhitungan produksi daging pada 2020 adalah 422,53 ribu ton. Terdiri dari sapi potong 402,22 ribu ton serta sapi perah dan kerbau 20,31 ribu ton. Selisih antara produksi daging dikurangi kebutuhan nasional ada defisit 201,11 ribu ton.
Pada 2021, diperkirakan proyeksi kebutuhan daging nasional adalah 685,85 ribu ton sehingga masih terjadi defisit 260,03 ribu ton. Kondisi defisit ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga pada 2022 defisit daging sapi naik menjadi 261,08 ribu ton. Kemudian pada 2023 dan 2024 defisitnya masing-masing adalah 261,67 ribu ton dan 268,36 ribu ton.
"Masih terjadinya defisit daging karena masih terbatasnya populasi sapi dalam negeri. Dari sisi teknologi produksi daging sapi, Indonesia juga masih dihadapkan produksi ternak, penggunaan teknologi yang kurang memadai dan merata.
"Masalah lain adalah dari sisi kelembagaan produksi maupun distribusinya. Kelembagaan produksi selama ini misalnya kurang membuat peternak mandiri, terutama dalam penyediaan bibit, sarana dan prasarana, maupun input produksi lainnya. Sementara kelembagaan distribusi, terutama tata niaga yang menghubungkan produsen dan konsumen belum efisien. Struktur pasar pun ditengarai hanya dikuasai segelintir orang atau kelompok (oligopoli)," ungkap laporan Kementerian Pertanian.
Halaman Selanjutnya --> Impor Tinggi, Rupiah Lemah
(aji/aji)